Pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia termasuk pesat, ini berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh United Nation Industrial Development Organization (UNIDO) pada tahun 2017 lalu. Indonesia menduduki posisi 9 dalam peringkat industri manufaktur dunia dengan kenaikan pangsa pasar sebesar hampir 2 persen. Untuk mendukung pertumbuhan tersebut tentunya dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, ini yang dicoba untuk dipenuhi oleh Program Vokasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan menggandeng Indonesian Packaging Federation (IPF). Kerjasama tersebut diharapkan mampu membantu menghasilkan SDM yang mampu memenuhi kebutuhan.
Yoesoef Santo, Dipl. Chem selaku perwakilan dari IPF menyebutkan bahwa kerjasama ini berupa hibah mesin-mesin industrial yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa Vokasi UMY dalam mata kuliah yang membutuhkan praktik. Diharapkan ini dapat membantu mahasiswa untuk lebih familiar dengan lingkungan industri manufaktur. Selain hibah, kerjasama dalam bidang lain juga direncanakan untuk dilaksanakan seperti program pelatihan dan magang. Hal tersebut disampaikan dalam diskusi yang dilakukan bersama dengan jajaran pengurus Program Vokasi UMY pada hari Senin (29/1) lalu di Ruang Sidang Rektorat UMY.
Yoesoef menyampaikan bahwa pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang kompeten pada berbagai keadaan dalam lingkungan industri manufaktur. “Sektor pendidikan harus mampu untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan kepada mahasiswa dengan kebutuhan yang dituntut dalam industri manufaktur. Ini harus jadi perhatian utama bagi instansi pendidikan, karena dari beberapa kasus yang saya temui banyak lulusan dari institusi pendidikan terkenal ternyata tidak mampu mengimbangi standar dari industri,” ujar Yoesoef.
“Menurut saya pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa yang masuk dalam program ini harus benar-benar diekspos dalam lingkungan industri manufaktur. Selain itu, dosen sebagai pengajar juga sudah harus terjun dalam bidang manufaktur tersebut. Ini dimaksudkan agar mampu memberikan gambaran mengenai kondisi yang nanti akan mereka hadapi di lapangan dan juga memberikan mereka kompetensi yang dibutuhkan,” papar Yoesoef.
Hal tersebut disetujui oleh Direktur Program Vokasi UMY, Dr. Bambang Jatmiko, S.E., M.Si., yang menyebutkan untuk memenuhi program tersebut telah ditetapkan bahwa setidaknya mahasiswa Program Vokasi harus melakukan program magang pada semester akhir. “Jadi mahasiswa minimal memiliki 5 semester untuk materi dan kemudian 1 semester akhir untuk magang. Ini bermanfaat bagi mereka untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah mereka dapatkan juga sebagai pengantar mereka dalam menghadapi lapangan pekerjaan,” ungkap Bambang.
Pada kesempatan ini, selain membahas program kerjasama antara IPF dan Program Vokasi UMY, dalam diskusi ini juga dilakukan penjajakan untuk pengadaan program sekolah Vokasi Perplastikan. “Industri pengemasan di Indonesia sangat besar, ini bisa dilihat dari berbagai produk yang menggunakan kemasan plastik. Program Vokasi Perplastikan dapat menjadi terobosan yang dapat memenuhi kebutuhan industri,” ujar Bambang. (raditia)