Promosi kesehatan atau health promotion merupakan sebuah upaya penting yang harus dilakukan tenaga kesehatan dengan kolabaorasi bersama masyarakat untuk menciptakan masyarakat yang sehat baik secara fisik maupun mental khususnya dalam mencapai target Indonesia Sehat 2010. Namun hingga saat ini promosi kesehatan di Indonesia belum mecapai tahap yang maksimal. Masih banyak masyarakat yang tidak sadar kesehatan. Mencegah lebih baik dari mengobati juga masih sebatas semboyan dan belum bisa menjadi sebuah landasan kesadaran di masyarakat.
Demikian diungkapkan oleh Ahmadyani Syuaibi mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK UMY) dalam diskusi terbatas mengenai promosi kesehatan di Indonesia yang telah dipresentasikan di Thailand pada minggu lalu (13/5).
Promosi kesehatan merupakan sebuah proses untuk membuat masyarakat lebih mampu mengontrol, menjaga, dan memperbaiki kesehatan. Biasanya proses ini dilakukan oleh para tenaga kesehatan dengan melakukan Home Care atau kunjungan ke rumah-rumah masyarakat maupun memberikan pendidikan kesehatan melalui penyuluhan di komunitas maupun desa. Menurut Yani, promosi kesehatan ini bukan hanya disampaikan melalui teori saja tetapi juga melalui demonstrasi tentang pentingnya menjaga kesehatan atau langkah-langkah untuk menangani penyakit. “Demonstrasi ini perlu dilakukan karena memang tingkat pemahaman setiap masyarakat berbeda,”urainya di kampus terpadu UMY, Sabtu (22/5)
Menurut Yani, ada beberapa hal yang menghambat maksimalisasi promosi kesehatan di Indonesia. Pertama, karena tenaga kesehatan yang masih sedikit sehingga sumber daya manusia untuk melakukan promosi kesehatan seperti Home Care, penyuluhan, dan demostrasi juga terbatas. Terutama di daerah-daerah terpencil di Indonesia. “Terbatasnya tenaga kesehatan ini berakibat pada banyak masyarakat yang tidak tersentuh oleh promosi kesehatan ini,”ungkap mahasiswa asal Maluku Utara ini.
Hambatan kedua, masyarakat Indonesia masih banyak percaya pada mitos. Contohnya jika ada orang yang sakit lebih baik di bawa ke dukun dari pada di periksakan ke ahli kesehatan atau jika ada yang sakit maka akan dikaitkan dengan hal yang berbau mistis seperti santet, gangguan mahluk halus dan lain sebagainya. Menurut Yani, ini merupakan masalah terbesar dalam melaksanakan promosi kesehatan. Pola pikir masyarakat yang dekat dengan mitos, sering membuat masyarakat sulit penerima pendidikan kesehatan yang diberikan oleh para ahli kesehatan. Menurut Yani, ini adalah budaya dan untuk merubah budaya juga tidak bisa secara revolusioner namun harus perlahan. “Sehingga perlu saat ini bagi para tenaga kesehatan untuk menciptakan sebuah metode pendidikan kesehatan yang dikolaborasi dengan kepercayaan msayarakat sehingga bisa lebih bisa diterima penjelasan mengenai pendidikan kesehatan tersebut,”paparnya.
Promosi kesehatan ini bertujuan bukan hanya untuk individu agar bisa sadar sehat. Namun juga diperuntukkan bagi keluarga yang salah satu atau beberapa keluarganya mederita sakit. Anggota keluarga yang lain akan dibimbing untuk merawat anggota keluarganya yang sakit. Contohnya jika ada anggota keluarga yang menderita diabetes maka anggota keluarga yang lain di ajari menyiapkan pola makan yang baik, dan lain-lain. “ Jadi promosi kesehatan ini bukan hanya untuk individu saja namun juga keluarga,”pungkasnya.