Berita

Proposal PKM Berkualitas sebagai Tiket Mahasiswa Menuju PIMNAS

Mahasiswa yang mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), harusnya mengingat tujuan akhirnya adalah tampil pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Sedangkan tiket untuk menuju ke PIMNAS itu adalah menguatkan kualitas proposal PKM yang sebelumnya telah diajukan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) RI. Karena itu, mahasiswa yang mengajukan proposal PKM harus meningkatkan kualitas proposalnya.

Hal tersebut disampaikan Prof. Ir. Jamasri, Ph.D dalam acara Workshop Penyusunan Proposal Program Kreativitas Mahasiswa 2013, di ruang sidang utama gedung AR. Fakhruddin A lantai 5 kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (3/9). Workshop ini diikuti oleh mahasiswa UMY dari semua program studi yang berminat mengikuti PKM 2013.

Menurut Jamasri, ada enam jenis PKM yang akan dilombakan pada PIMNAS, yaitu PKM Penelitian (PKM-P), PKM Penerapan Teknologi (PKM-T), PKM Kewirausahaan (PKM-K), PKM Pengabdian Masyarakat (PKM-M), PKM Karsa Cipta (PKM-KC), dan PKM Gagasan Tertulis (PKM-GT). Dan masing-masing PKM tersebut memiliki acuan berbeda untuk melihat apakah proposal itu berkualitas atau tidak. “Misalkan untuk PKMP, adanya tinjauan pustaka dan daftar pustaka menjadi hal penting dalam menentukan apakah proposal itu berkualitas atau tidak. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa perbedaan penelitian yang kita buat dengan penelitian lain atau sebelumnya. Dengan begitu, penelitian yang kita ajukan itu bisa tergolong unik, baru dan original, atau tidak plagiat. Selain itu, daftar pustaka yang diacu juga bukan mengambil dari buku. Karena itu penelitian, maka daftar pustakanya diambil dari jurnal-jurnal, tapi ambil yang tahun penelitiannya masih muda, yaitu antara 5 sampai 10 tahun terakhir.”

Jamasri juga sedikit menyinggung masalah yang tengah dialami oleh para dosen di berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia. Menurutnya, “kreativitas” plagiat yang dilakukan oleh dosen-dosen tersebut adalah contoh buruk, dan tidak perlu ditiru oleh mahasiswa. “Karena itu, di sinilah pentingnya kita menuliskan tinjauan pustaka dari penelitian lain. Agar kita tidak melakukan plagiat. Dalam menuliskan tinjauan pustaka tersebut, usahakan mengambil sumbernya dari jurnal yang berkualitas, yang syaratnya minimal jurnal itu harus sudah terakreditasi, jurnal internasional yang terindeks oleh Dikti, dan sebagainya,” ungkapnya.

Selain itu, menurut Jamasri, tim PKM lintas jurusan atau program studi juga menjadi nilai tambah dari kualitas proposal yang diajukan. Namun kategori ini hanya berlaku untuk lima jenis PKM saja, yaitu PKM-T, PKM-K, PKM-M, PKM-KC, dan PKM-GT. “Memilih tim PKM itu kalau bisa jangan yang satu jurusan atau prodi, kecuali untuk PKMP. Karena kalau untuk PKMP kan memang harus sejenis prodinya, karena fokus penelitiannya juga pada satu masalah. Misalkan tentang kesehatan, berarti tim PKMnya harus yang sama-sama dari prodi kesehatan. Tapi kalau untuk jenis PKM lainnya, usahakan lintas prodi. Misalkan pada PMK-K, karena ada analisis ekonominya, kita tidak mungkin hanya mengandalkan teman satu tim yang berasal dari satu prodi yang bukan prodi Ekonomi. Kita harus tetap mengambil anak ekonomi, karena dia yang kompeten dalam hal analisis ekonomi. Dan dengan begitu, nilai dan kualitas proposalnya juga akan naik,” papar reviewer dan juri PIMNAS DITLITABMAS DIKTI ini lagi.

Sementara itu, wakil rektor III UMY, Sri Atmaja P. Rosyidi, ST., MSc, Eng, Ph.D., PE., mengatakan bahwa workshop tersebut diselenggarakan untuk menyiapkan mahasiswa UMY untuk masuk ke program PKM 2013 yang akan didanai oleh Dikti pada tahun 2014 mendatang. “Karena pada tahun 2012 yang lalu kami berhasil meloloskan 121 proposal yang didanai oleh Dikti, kemudian pada 2013 ada 90 proposal. Harapannya, pada tahun 2014 besok akan ada 120 proposal lagi yang didanai.”

Selain itu, menurut Sri, sejak menjadi tuan rumah PIMNAS 25 pada tahun 2012 lalu, program PKM dijadikan primadona kegiatan mahasiswa di UMY. “Kami jadikan program ini sebagai primadona karena kami melihat pengaruh yang ditimbulkan itu sangat bermanfaat bagi mahasiswa kami. Mahasiswa juga punya kesempatan untuk membentuk kelompok-kelompok diskusi, dan mereka bisa menghabiskan waktunya untuk berdiskusi antar sesama anggota kelompok tersebut atau juga dengan dosen-dosennya, bahkan pada media sosial seperti facebook. Dengan begitu, mereka juga tidak hanya mendapatkan keuntungan secara akademik, tapi juga softskill, seperti kepercayaan dirinya yang meningkat. Dan itu secara tidak langsung memasukkan mahasiswa dalam atmosfir akademik perguruan tinggi. Jadi inilah yang sebenarnya diharapkan pada perguruan tinggi – perguruan tinggi untuk bisa mengangkat atmosfir akademik,” imbuh wakil rektor bidang kemahasiswaan ini lagi.