Berita

Publikasi Ilmiah Ilmuwan Indonesia kurang Menggembirakan

Sebaran publikasi ilmiah dari para ilmuwan Indonesia memang kurang menggembirakan dibandingkan negara – negara Jiran di Asia Tenggara sehingga urgensi penyebarluasan hasil riset mutakhir dari kalangan perguruan tinggi bagi khalayak luas sangat mendesak untuk dilakukan.

Sebaran publikasi ilmiah dari para ilmuwan Indonesia memang kurang menggembirakan dibandingkan negara – negara Jiran di Asia Tenggara sehingga urgensi penyebarluasan hasil riset mutakhir dari kalangan perguruan tinggi bagi khalayak luas sangat mendesak untuk dilakukan. Untuk itu, media jurnal ilmiah yang berkualitas dan terakreditasi pun dibutuhkan dalam upaya menyebarluaskan hasil riset tersebut.

Hal tersebut disampaikan Kepala Lembaga Pengembangan Pendidikan, Penelitian dan Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Mukti Fajar, ND, dalam Workshop Penulisan dan Penyuntingan Artikel Ilmiah Berbasis Jurnal Ilmiah Terakreditasi, di Kampus Terpadu UMY, Kamis (8/4).

Menurutnya, kewibawaan sebuah universitas dapat dilihat dari adanya jurnal ilmiah yang terakreditasi. “Jurnal merupakan media bagi civitas akademika dalam meningkatkan kemampuan dalam hal pengembangan keilmuan. Oleh karenanya, adanya jurnal ilmiah terakreditasi menjadi media yang perlu dimiliki sebuah perguruan tinggi,” jelas Mukti.

Mukti juga memaparkan berdasarkan hasil survei yang pernah dilansir Thomson Scientific USA (2004) mencatat, bahwa sebaran publikasi ilmiah ilmuwan Indonesia sebanyak 522, jauh di bawah Malaysia 1428, Thailand 2397, dan Singapura sebanyak 5781 publikasi ilmiahnya yang tersebar melalui jurnal-jurnal internasional yang pernah dilansir Thomson Scientific USA (2004) mencatat,  bahwa sebaran publikasi ilmiah ilmuwan Indonesia sebanyak 522, jauh di bawah Malaysia 1428, Thailand 2397, dan Singapura sebanyak 5781 publikasi ilmiahnya yang tersebar melalui jurnal-jurnal internasional. Hasil tersebut menunjukkan jika sebaran publikasi ilmiah dari para ilmuwan Indonesia memang kurang menggembirakan dibandingkan negara – negara Jiran di Asia Tenggara.

Ia juga menambahkan, dalam hal jurnal ilmiah perguruan tinggi di Indonesia yang terakreditasi nasional pun mengalami penurunan. Data Dirjen Dikti, Diknas RI tahun 1996 – 2005 menunjukkan, jurnal ilmiah yang terakreditasi sebanyak 473 jurnal (12,9%) dari keseluruhan jurnal ilmiah yang tercatat di PDII LIPI sebanyak 3.650 jurnal. Adapun hasil peringkat jurnal ilmiah yang terakreditasi nasional sebagai berikut, peringkat jurnal ilmiah yang terakreditasi dengan nilai C sebanyak 311 (65,8%), nilai B 135 (28,5%), dan nilai A sebanyak 27 jurnal (5,7%).

Sementara itu Reviewer Akreditasi Jurnal Ilmiah Nasional yang menjadi pembicara dalam workshop tersebut, Prof. Ali Saukah, M.A, Ph.D, mengatakan tulisan dalam jurnal ilmiah harus memiliki sesuatu yang baru. “Baru berarti penelitian tersebut tidak dapat ditemukan di tempat lain, sehingga tulisan tersebut menjadi sesuatu yang orisinal,” paparnya. Penelitian tersebut juga dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Menyinggung penulisan hasil penelitian dalam jurnal ilmiah, Ali menguraikan antara judul dan kesimpulan harus berhubungan. “Selain judul dan kesimpulan harus saling berhubungan dalam penulisan abstrak dengan bahasa Inggris harus ada yang bertugas memeriksa penulisannya. Dalam penulisan jurnal juga jangan disamakan dengan penulisan skripsi atau disertasi,” pungkasnya.