Berita

Publikasi Ilmiah Tingkatkan Reputasi Perguruan Tinggi

Publikasi ilmiah bukan hanya menjadi bagian dari Tri Dharma perguruan tinggi. Bagi perguruan tinggi Muhammadiyah lebih dikenal sebagai Catur Dharma yang meliputi pendidikan, research, pengabdian masyarakat, serta agama Islam dan Kemuhammadiyahan. Lebih daripada itu, publikasi menjadi sarana bagi seorang intelektual dan akademisi untuk menuangkan ide dan gagasannya secara tertulis yang bermanfaat bagi perubahan dan kemajuan kehidupan umat manusia yang terus berkembang dan bahkan cenderung tidak dapat diprediksi.

Publikasi ilmiah menjadi salah satu faktor utama yang berkontribusi untuk meningkatkan reputasi dan akreditasi perguruan tinggi, baik itu publikasi yang dihasilkan oleh dosen maupun oleh mahasiswa, baik yang berskala nasional maupun yang berskala internasional.

“Ketika ada penilaian, yang dihitung adalah publikasi yang terindeks Scopus. Kemudian kalau untuk pemeringkatan nasional itu yang dihitung selain Scopus dan Web of Science, juga ada Sinta,” terang Prof. Dr. Dyah Mutiarin, M.Si. kepala Lembaga Riset dan Inovasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (LRI UMY) saat ditemui pada Senin (27/2) di UMY.

UMY pun menurutnya selalu berupaya mendorong mahasiswa untuk melakukan publikasi ilmiah dengan memberikan pendampingan dari dosen, terutama dosen pada mata kuliah tertentu yang memang luarannya adalah publikasi. Dosen tersebut akan mengarahkan mahasiswa mulai dari memberi topik sampai submit di jurnal dan bisa dipublish.

“Ketika riset sudah dilakukan dan ada publikasinya, itu outputnya menjadi nilai tambah bagi mahasiswa karena publikasi itu bisa juga menjadi salah satu syarat bagi kelulusan mahasiswa sehingga perlu dilatih. Selain itu juga untuk akreditasi internasional maupun nasional dari BAN PT maupun dari internasional itu memang mensyaratkan adanya publikasi dari hasil riset mahasiswa,” imbuhnya.

Guru besar ilmu pemerintahan perempuan pertama di UMY itu juga mengatakan bahwa dengan publikasi ilmiah, mahasiswa juga dapat memperoleh pengakuan atau penghargaan atas penelitiannya.

“Kalau mahasiswa berhasil publish di Scopus, maka tentu dia akan mendapatkan ID Scopus, yang akan menjadi profil akademik bagi mahasiswa. Atau misalnya mahasiswa publish di Sinta, itu bisa menjadi deskripsi pendukung dari CV mahasiswa bahwa pernah meneliti dan mempublikasikan di Sinta. Kalau di Scopus, Scopus berapa, kalau di Sinta, di Sinta berapa. Kalau UMY sendiri memang selama ini kalau ada mahasiswa yang bisa publikasi kami akan mengkonversinya ke nilai A, karena dianggap paripurna,” jelas Prof. Dyah Mutiarin lagi.

Lebih lanjut, ia berharap dosen dan mahasiswa dapat terus berkolaborasi dalam melakukan penelitian dalam rangka meningkatkan reputasi perguruan tinggi.
“Saya rasa dosen dan mahasiswa itu adalah civitas academica yang harus terus berkolaborasi untuk meningkatkan reputasi perguruan tinggi. Baik itu dalam hal pemeringkatan, perengkingan, maupun reputasi akademik. Sehingga dosen yang baik itu adalah dosen yang bisa bekolaborasi dengan mahasiswa, mendorong, memotivasi, dan mengarahkan mahasiswa untuk bisa menghasilkan output yang sama yaitu publikasi,” tutup Dyah. (Mut)