Tergugah untuk terus memupuk kecintaan generasi muda pada budaya Indonesia, tiga mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengembangkan usaha kaos kartun dengan desain yang dipadukan dengan budaya Indonesia.
Menurut salah seorang dari mereka, Nugroho Pratomo, sebagian generasi muda saat ini masing sering merasa kaku untuk menunjukkan rasa cinta terhadap budaya Indonesia. Untuk itu, Ia dan kelompoknya pun tergugah untuk membuat sebuah gebrakan yang nantinya diharapkan menjadikan generasi muda mampu mengeskpresikan kecintaan terhadap budayanya dengan lebih nyaman, salah satunya dengan menggunakan kaos yang cenderung tidak terlalu formal dan kaku.
Dipilihnya kaos sebagai media untuk memperkenalkan generasi muda atas budaya Indonesia, Nugroho mengungkapkan karena kaos bukan barang latah yang dapat dijadikan bisnis. “Kaos bisa dikatakan masih eksis dan laku untuk dijadikan media bisnis karena umurnya yang panjang mengingat perkembangannya yang masih terus berjalan bahkan berkembang dengan munculnya distro,” urainya. Sementara itu, Ia juga memaparkan jika kaos juga menjadi produk yang sering dikenakan dan digemari para anak muda.
Ia bersama dua mahasiswa lain, Hendi Prasetyo dan Aji Pratomo memulai menggeluti usaha tersebut sejak Desember 2009. Awalnya, bisnis pembuatan kaos kartun tersebut hanya ditawarkan melalui kaskus dan online di website variouscartoon.com dengan target 30 kaos untuk tiga desain. Namun di luar dugaan, permintaan barang mencapai 80 kaos. “Sejak saat itu, saya pun tertarik untuk menjadikan hobi ini sebagai sesuatu yang serius untuk dijalani dan ditekuni,” terang Nugroho di Kampus Terpadu, Sabtu (21/8).
Ia mengakui, selama ini usahanya belum maksimal mengingat belum bisa melakukan proses produksi sendiri karena keterbatasan alat produksi. “Tak adanya alat yang memadai dalam memproduksi kaos tersebut menjadikan kami harus menyerahkan proses produksi kepada pihak lain. Hasilnya, kami pun tak bisa melakukan kontrol kualitas atas produk,” jelasnya.
Hingga saat ini, kelompoknya telah memproduksi tak kurang dari 900 buah kaos yang didistribusikan ke berbagai kota di Indonesia mulai dari pulau Jawa hingga Sulawesi, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT). “Target konsumen muncul dari beragam kalangan mulai dari pelajar sekolah menengah hingga masyarakat yang umumnya menyukai desain tradisonal yang sudah dimodifikasi dengan kartun,” terang Nugroho.
Dengan terpilihnya kelompoknya dalam Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) dan mendapatkan pinjaman sebesar 17 juta rupiah, timnya berharap bisa membeli alat produksi dan proses produksi dapat dilakukan sendiri oleh kelompoknya sehingga kualitas produk dapat dikontrol dan ditingkatkan. “Memiliki showroom juga menjadi impian tersendiri bagi kami karena banyak calon pembeli yang tinggal di wilayaha Yogyakarta dan sekitarnya biasanya ingin melihat dulu produknya sebelum memutuskan membeli. Selain itu, pembeli dari luar Yogyakarta pun dapat dengan mudah menemukan dan mendapatkan kaos ini tanpa harus mengadakan janji bertemu dengan kami sebelumnya,” ungkap Nugroho.
Nugroho berharap apa yang sedang diupayakan kelompok ini bisa menjadi contoh dan tolok ukur bagi juniornya dalam berwirausaha. “Belajar di perguruan tinggi hendaknya tidak hanya mendapat logika perkuliahan, namun ada pemikiran lain bahwa untuk meraih kesuksesan banyak hal yang diperlukan, tidak sekadar rajin namun juga inisiatif dalam membuka usaha sendiri,” pungkas Nugroho.