Pelajaran matematika bagi kebanyakan orang, hingga saat ini masih menjadi momok yang menakutkan dan dianggap sulit. Tak terkecuali bagi para peserta didik yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sikap mereka yang terkadang acuh tak acuh terhadap pelajaran Matematika, menjadikan pelajaran ini seakan semakin dijauhi oleh siswa. Pelajaran Matematika hanya akan dipelajari jika itu bisa membuatnya lulus dari ujian akhir sekolah.
Padahal, Matematika itu merupakan kunci dari semua mata pelajaran. Ia memiliki sesuatu yang bisa melayani berbagai macam ilmu. Jika seseorang bisa mempelajari Matematika dengan baik, maka ia juga akan sukses dalam pelajaran lainnya. Untuk itu, guru-guru Matematika dan orang tua memiliki peran penting dalam merubah mindset anak didiknya terhadap pelajaran Matematika ini. Salah satu caranya adalah dengan metode belajar model Quantum Learning.
Demikian pemaparan hasil disertasi Ani Rusnaeni yang disampaikannya pada ujian Sidang Doktor Terbuka, Program Doktor Pascasarjana Psikologi Pendidikan Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), pada Kamis (25/9). Sidang Promosi Doktor yang diselenggarakan di ruang sidang AR. Fachruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY ini, dipandu oleh Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc selaku ketua pantia, dan Dr. Muhammad Anis, M.A sebagai sekretarisnya, dengan anggota penguji Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag., Dr. Khoiruddin Bashori, M.Si., Prof. Dr. Usman Abu Bakar, M.A., Prof. Drs. Sarbiran, M.Ed, Ph.D., Dr. Muhammad Nurul Yamin, M.Si., dan Dr. Abd. Madjid, M.Si. Dalam sidang terbuka ini, Ani dianugerahi gelar Doktor Psikologi Pendidikan Islam dengan nilai hasil disertasi sangat memuaskan. Ia juga merupakan doktor ke-19 yang dihasilkan oleh Program Doktor Pascasarjana UMY.
Dari hasil disertasi Ani yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Keluarga, Model Quantum Learning dan Sikap Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP Negeri 16 Kota Cirebon” ini, Ani mengungkapkan adanya temuan yang bisa menjadikan prestasi siswa dalam pelajaran Matematika meningkat. Hal ini dikarenakan, guru Matematika di sekolah tersebut telah menerapkan model Quantum Learning yang juga diusulkan oleh dirinya. “Dengan pembelajaran melalui metode Quantum Learning ini, sikap siswa untuk meraih prestasi, khususnya dalam pelajaran Matematika, semakin meningkat. Ini karena melalui model ini, para guru dituntut untuk memberikan metode pengajaran yang menarik dan menyenangkan. Kemudian juga berusaha membuat anak sebisa mungkin merasa senang dengan pelajaran Matematika,” paparnya.
Model Quantum Learning tersebut menurut Ani bisa menjadi acuan model untuk pembelajaran Matematika bagi anak didik. Sebab menurutnya, penerapan Quantum Learning pada anak didik secara psikologi terbentuk dari adanya interaksi yang dialami oleh anak didik dengan dunia pendidikan. Jika pada masa lalu pendidikannya ia merasa tidak puas dengan proses dan metode belajar yang digunakan di masa sekolahnya dulu, karena metodenya yang monoton dan tidak menyenangkan. Maka hal itu akan membuat anak didik mencari alternatif metode belajar lain yang mampu mengembangkan dirinya menjadi lebih aktif dalam belajar. “Karena itu melalui Quantum Learning inilah anak didik akan diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan. Proses pembelajarannya pun tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tapi juga di luar kelas. Sehingga dengan begitu anak didik akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam proses belajarnya,” jelasnya.
Ketika anak didik mampu menemukan metode atau strategi belajar yang sesuai dengan dirinya, mampu membuat dirinya belajar lebih menyenangkan, lanjut Ani lagi, maka ia akan cenderung untuk menerapkannya menjadi suatu kebiasaan di dalam proses belajarnya. “Dengan begitu, jika seseorang telah akrab dengan metode belajarnya sendiri, maka ia dapat mengambil langkah-langkah penting untuk membantu dirinya belajar lebih cepat dan lebih mudah. Itulah metode yang diajarkan dalam Quantum Learning,” ungkapnya.
Selain itu, menurut Ani, orang tua dan lingkungan anak didik juga bisa berperan dalam meningkatkan prestasi anak dalam mempelajari Matematika. Orang tua memiliki peran dalam pendidikan anak di rumah, khususnya pendidikan Matematika agar anak termotivasi untuk belajar Matematika, sehingga prestasi belajar Matematika anak dapat dicapai dengan baik. Sementara sekolah, sebagai lingkungan belajar anak didik juga hendaknya memberi dukungan untuk terselenggaranya pendidikan Matematika yang menyenangkan di sekolah. “Dan bagi guru Matematika hendaknya saling mendukung dan bekerjasama dalam meningkatkan pembelajaran Matematika di sekolah. Seperti bekerjasama dengan Guru BK untuk meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran Matematika. Selain itu, guru Matematika juga harus lebih intensif berkomunikasi dengan orang tua siswa agar siswa lebih termotivasi dan bersikap positif terhadap pelajaran Matematika,” imbuhnya.
Di sisi lain, Prof. Drs. Sarbiran, M.Ed, Ph.D menambahkan bahwa, dalam masalah pembelajaran Matematika tersebut, yang perlu mendapat perhatian bukan hanya sikap anak didiknya saja. Tapi juga sikap guru juga perlu menjadi perhatian. “Jika sikap anak didik dan gurunya sudah baik, maka hal itu juga akan turut meningkatkan prestasi anak didiknya,” ujarnya.