Dalam perguruan tinggi, fungsi dari perpustakaan telah berevolusi dengan tidak hanya menjadi sumber informasi dan penunjang pendidikan bagi mahasiswa. Namun juga inovasi apa yang bisa ditawarkan oleh perpustakaan kepada masyarakat. Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berusaha menjawab tantangan untuk menjangkau kalangan yang lebih inklusif dengan program yang tidak hanya berfokus kepada pendidikan namun juga pengabdian masyarakat. Berhasil mendapatkan penghargaan Juara Harapan 3 melalui Lomba Best Practice Perpustakaan Perguruan Tinggi oleh Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS) pada Jumat (15/9), Perpustakaan UMY berupaya memulihkan ekonomi masyarakat Banjarnegara yang berbasis Digital Library.
Novy Diana Fauzie, S.S., M.A. selaku Kepala Perpustakaan UMY mengatakan jika pengabdian masyarakat dapat menjadi pintu masuk bagi perpustakaan untuk mendorong budaya membaca di kalangan masyarakat. “Harus ada unsur lain yang dapat menjadikan masyarakat gemar membaca. Dan karena pertumbuhan ekonomi di Banjarnegara menjadi salah satu yang paling terdampak semenjak pandemi Covid-19, maka kami berupaya untuk mengadakan pelatihan digital marketing agar produk seperti teh dan kopi yang mereka jual dapat menjangkau pasar yang lebih luas,” ujar Novy saat dihubungi pada Senin (18/9).
Digital Library Muhammadiyah Membaca (MBACA) yang diusung oleh Perpustakaan UMY dan bekerjasama dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) ini menerapkan konsep open access. Menurut Novy, dengan akses yang dibuka untuk umum, akan semakin memudahkan masyarakat untuk membuka dan membaca buku secara digital. “Saat masyarakat sadar akan kebutuhan membaca dan mencari informasi akibat permasalahan yang mereka alami, seperti pemasaran produk, mereka dapat mencari solusi melalui MBACA,” imbuhnya.
Pemulihan ekonomi berbasis digital library menjadi satu dari sekian banyak inovasi yang telah dilakukan oleh Perpustakaan UMY, tidak hanya dalam bidang pengabdian masyarakat, namun juga tentu dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Dihadapkan oleh paradigma di kalangan mahasiswa terhadap perpustakaan yang terkesan kuno, Novy dengan Perpustakaan UMY juga menciptakan aplikasi bernama MYPustaka sebagai bentuk efisiensi mahasiswa dalam mencari informasi berupa buku dan jurnal. Ini sekaligus sebagai pengoptimalan fungsi utama dari Perpustakaan UMY untuk menunjang pendidikan mahasiswa.
“Jika berbicara mengenai perpustakaan dalam perguruan tinggi, yang wajib kami layani sebenarnya hanya internal kampus saja. Namun agar dapat menerapkan inklusi sosial yang lebih jauh, pada akhirnya kami juga melakukan pengabdian masyarakat baik secara mandiri maupun berkolaborasi dengan dosen, yang juga merupakan bagian dari catur dharma Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA),” jelas Novy.
Dengan banyaknya sumber daya yang telah dimiliki, Novy berharap agar Perpustakaan UMY dapat terus mengoptimalkan kinerja dan inovasi mereka secara inklusif terutama bagi mahasiswa, agar dapat meningkatkan kualitas tulisan akademik seperti jurnal maupun tugas akhir berupa skripsi, tesis maupun disertasi. (ID)