Awal tahun 2024 lalu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menjadi kampus pertama di Indonesia yang meluncurkan Campus Code Blue System atau sistem respon kegawatdaruratan kampus. Code blue ini dirancang khusus untuk meningkatkan kesigapan penanganan kegawatdaruratan dengan cara yang cepat, tepat dan terkoordinir, terutama dalam kasus henti jantung mendadak.
World Health Organization (WHO) menyatakan, bahwa CVD atau kardiovaskular (penyakit pada jantung dan pembuluh darah) telah menjadi penyebab kematian nomor satu selama lebih dari satu abad dalam sejarah peradaban manusia. Sebagai upaya mitigasi dan langkah antisipasi, UMY kembali melaksanakan kegiatan refreshing code blue kampus yang berlangsung di Gedung AR Fakhruddin B Lantai 5 UMY Rabu (14/8).
Prof. Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si, Wakil Rektor UMY bidang sumber daya manusia sekaligus Penanggung Jawab Kampus Sehat menjelaskan pentingnya kesiapan menghadapi kegawatdaruratan baik bagi orang tua maupun anak muda.
“Kesehatan harus menjadi prioritas kita. Saat ini, generasi muda mungkin tidak sekuat dulu secara psikologis, jadi kita perlu menyiapkan mereka untuk menghadapi situasi darurat dengan baik,” katanya.
Ia pun memastikan bahwa UMY berkomitmen untuk menyiapkan generasi yang sehat dengan melakukan langkah-langkah antisipasi terhadap situasi kegawatdaruratan dengan adanya code blue ini.
“Kami berkomitmen untuk menyiapkan generasi yang sehat. Mudah-mudahan dengan refreshing code blue ini kita bisa antisipasi dan kita niatkan karena Allah, untuk itu, kita kawal terus,” ujar Nano.
Pada kesempatan yang sama, Akhmad Syaiful Fatah Husein, dr., Sp.An, Koordinator Code Blue Kampus UMY, menjelaskan bahwa selain karena UMY merupakan kampus besar dengan populasi mahasiswa yang banyak yang berpeluang terdapat kegawatdaruratan. Kegiatan refreshing ini bertujuan untuk memperbarui pengetahuan dan keterampilan peserta mengenai bantuan hidup dasar, sistem Code Blue di UMY, keterampilan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan penggunaan Automated External Defibrillator (AED).
“Jadi ketika ada kejadian, mereka sudah siap dan kalau diperlukan mereka bisa membantu secara cepat. Kemungkinan kejadian seperti ini sangat besar, karena mahasiswa kita itu tidak tahu mereka punya penyakit apa,” kata dr. Syaiful.
Setelah pelatihan ini, menurut Syaiful apabila terjadi kegawatan medis atau situasi darurat lainnya yang mengancam nyawa, pertolongan dapat diberikan dengan cepat dan efektif. Walaupun hasil akhirnya tidak selalu dapat diprediksi, sistem code blue ini akan dapat memastikan bahwa korban mendapatkan pertolongan dengan segera.
“Kita sudah punya sistem yang menjamin bahwa korban mendapatkan pertolongan dengan cepat karena bisa memberikan kemungkinan tertolong besar, jangan sampai tidak dilakukan apa-apa. Bahaya itu tidak memandang usia, mahasiswa juga sering mengalami kegawatan medis, misalnya asma, epilepsi, dan lainnya. Dengan code blue ini, UMY sudah punya sistem kewaspadaannya,” tandas dr. Syaiful. (Mut)