Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP berkesempatan hadir dan menjadi pembicara dalam acara upgrading yang digelar oleh Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) dan Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah (PCIA) Taiwan. Dalam acara yang dilaksanakan pada Ahad (2/12) tersebut, Gunawan yang juga merupakan cucu tokoh besar Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusumo memaparkan tentang strategi kepemimpinan Muhammadiyah. Selain itu juga menyampaikan kekuatan aset dana amal usaha Muhammadiyah yang menjadi kekuatan besarnya sebagai sebuah “gerakan senyap”.
“Muhammadiyah sebagai bottom-up institution akan menjadi idealitas organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan di dunia. Kekuatan aset dana amal usaha menjadi kekuatan besar Muhammadiyah sebagai sebuah “gerakan senyap” untuk berdakwah dan memberi kepada komunitas. Itu sebabnya, teori organisasi modern sudah saatnya direvisi dengan karya nyata Muhammadiyah,” jelasnya dilansir dari laman Muhammadiyah.or.id.
Dalam pertemuan itu Gunawan juga memaparkan strategi kepemimpinan Muhammadiyah merupakan gaya kepemimpinan yang berkemajuan dengan menenkankan pada pengentasan kemiskinan. “Tafsir Al-Maun dalam pendekatan Muhammadiyah tidak hanya dimaknai dalam sektor ekonomi saja, tetapi Muhammadiyah juga memaknai kemisikinan dalm hal literasi. Kemiskinan terhadap informasi dan berita hoax, menjadi interpretasi baru yang perlu dipahami oleh metode kepemimpinan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Taiwan,” tuturnya.
Gunawan juga menjelaskan empat pilar gerakan Muhammadiyah pasca muktamar Makassar. Pilar pendidikan, kesehatan, hukum, dan ekonomi. Sehingga banyak kalangan dan ahli yang kagum dengan gerakan Muhammadiyah. “Hal ini pula yang membuat Muhammadiyah menjadi unik dan berbeda dengan organisasi lain,” ucap Gunawan.
Di perspektif lain, Gunawan juga memaparkan bagaimana politik Muhammadiyah adalah politik untuk mencapai tujuan mulia. “Politik jangan hanya dimaknai sebagai perebutan kekuasaan,” tegas Gunawan.
Dalam kesempatan itu, Gunawan juga menawarkan gagasan perubahan peta dakwah Muhammadiyah di era digital 4.0. Adanya disrupsi tatanan sosial masyarakat saat ini mengharuskan Muhammadiyah untuk menata ulang peta dakwah. “Pesatnya perkembangan teknologi mengakibatkan rasa simpati dan empati sosial yang terdisrupsi oleh sosial media,” terang Gunawan lagi.
Acara upgrading PCIM dan PCIA Taiwan ini juga dihadiri oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjanah Djohantini, dan Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Syamsul Anwar.