Reputasi bukanlah hal yang bisa langsung dimiliki atau dibangun seseorang secara instan. Membangun reputasi membutuhkan proses yang panjang dengan performa yang bagus di suatu bidang. Oleh karena itu, tidak mungkin seseorang bisa langsung secara tiba-tiba dikenal mempunyai reputasi bagus.
Hal tersebut sebagaimana dikatakan Ir. H. Achmad Syauqi Suratno, MM saat mengisi kuliah umum Program Pascasarjana UMY bertema “Manajemen Reputasi di Tengah Kompetisi Global” bertempat di Gedung Pascasarjana UMY lt.4, Kampus Terpadu UMY, Jumat (29/7).
Dalam kuliah umum tersebut, Syauqi memaparkan bahwa reputasi bukan sesuatu yang instan, melainkan sesuatu yang butuh proses performa yang baik dalam suatu bidang. “Reputasi tidak bisa dibangun cepat, yang cepat itu namanya pencitraan. Reputasi harus dibangun dengan performa yang positif secara konsisten dalam suatu periode yang cukup. Sedangkan pencitraan, apalagi yang artifisial, bisa dilakukan dengan cepat melalui media,” ujarnya.
Syauqi mencontohkan dengan kesuksesan Ridwan Kamil. “Contoh yang nyata adalah Walikota Riwan Kamil. Ridwan Kamil pada awal maju sebagai Walikota tingkat elekbilitasnya sangat rendah. Namun karena backgroundnya sebagai seorang arsitek yang kompeten dan terpercaya, beliau berhasil menunjukkan reputasi baiknya di bidang lain. Beliau berhasil menaikkan elektabilitasnya lewat reputasinya di bidang arsitektur, dengan mendesain dan membangun gedung-gedung berkelas Internasional di kota-kota besar di luar negeri. Dalam hal ini Ridwan Kamil berhasil membangun reputasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan kota Bandung,” jelasnya.
Selain itu, Syauqi juga menekankan agar reputasi dikelola dan juga dijaga dengan baik. “Orang yang menjaga reputasi harus mengelola pola komunikasinya. Karena reputasi merupakan suatu bentuk kepercayaan. Hal itu berbanding terbalik dengan ketidakpercayaan. Jadi, semakin tinggi kepercayaan masyarakat kepada kita maka reputasi kita pun semakin bagus,” paparnya.
Di sisi lain, ia juga menyoroti Perubahan Global yang mengalami perubahan secara cepat dan tidak bisa diprediksi. Perubahan global yang sangat cepat tersebut tentunya juga berpengaruh pada reputasi seseorang. “Perubahan tersebut dipicu oleh Globalisasi, kemajuan teknologi dan juga deregulasi. Perubahan mendorong pola bisnis untuk lanskap baru. Lanskap baru tersebut akan diposisikan oleh stakeholder melalui format dan peran yang berbeda,” papar beliau.
Lebih lanjut ia menambahkan Perubahan global yang terjadi ini juga mempengaruhi peran dan aktifitas dari Institusi pendidikan khususnya Universitas. “Universitas harus juga memiliki kesiapan menyesuaikan peran dalam perubahan global yaitu dengan mengidentifikasi Sumber Daya Manusia dan hasil-hasil riset yang dibutuhkan secara global sehingga dapat meninjau pembelajaran yang ada, kemudian menyesuaikan dan memperbaiki metode belajarnya untuk menghasilkan output Sumber Daya Manusia dan hasil-hasil riset yang dibutuhkan,” tambahnya.
“Output SDM dari Perguruan Tinggi yang pada umumnya terdiri dari tiga kategori yaitu pengusaha, profesional dan ilmuwan, di tengah kompetisi global saat ini selain harus benar-benar menguasai bidangnya, juga mesti dibarengi dengan reputasi yang baik. Karena hanya dengan reputasi itulah maka publik akan mengenal kinerja positif dan kemanfaatan yang kita hasilkan, yang akhirnya dapat benar-benar memberikan perubahan positif bagi publiknya,” pungkas Syauqi mengakhiri kuliah umumnya.
Dalam kuliah umum ini juga dilaksanakan yudisium Program Pascasarjana yang akan mewisuda 108 alumni yang terdiri dari : 11 Mahasiswa Magister Manajemen, 11 Mahasiswa Magister Studi Islam, 28 Mahasiswa Magister Manajemen Rumah Sakit, 22 Mahasiswa Magister Ilmu Pemerintahan, 13 Mahasiswa Magister Ilmu Hubungan Internasional, dan 12 Mahasiswa Magister Keperawatan. (bagas)