Berita

Revolusi Industri Ke Empat, Dakwah Harus Lebih Kreatif

Terjadinya revolusi industri ke-4 menjadikan teknologi berkembang sangat luar biasa, sekaligus membawa efek positif dan negatif bagi manusia. Perkembangan teknologi tersebut juga turut mempengaruhi penggunaan media sosial di kalangan masyarakat. Karena itulah umat Islam saat ini dituntut untuk lebih kreatif dalam berdakwah, terlebih dengan memanfaatkan keberadaan media sosial tersebut dengan sebagik mungkin.

Hal itulah yang menjadi benang merah dalam acara Seminar Nasional bertajuk “Optimalisasi Peran Media Sebagai Dakwah Kekinian”, yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Agama Islam (BEM FAI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Seminar yang dilaksanakan di Gedung KH. Ibrahim Lantai 6 Kampus Terpadu UMY pada Sabtu (2/12) ini turut mengundang pegiat dakwah yang terkenal melalui akun media instagramnya @fuadbakh, yakni Fuad Bakhtiar, Rangga Almahendra Direktur ADI TV dan Akhmad Akbar Susamto. S.E., M.Phil., Ph.D Ketua KA-FoSSEI (Korps Alumni – Forum Silaturrahim Studi Ekonomi Islam).

Dalam seminar tersebut, Fuad Bakhtiar mengatakan bahwa pemuda saat ini khususnya umat beragama Islam harus lebih kreatif dalam berdakwah “Saat ini dakwah dituntut untuk menjadi lebih kreatif, namun itu bukanlah hal yang sulit karena berbagai fasilitas saat ini tersedia dengan mudahnya. Maka dari itu sebagai sosok pemuda harus mampu berpikir kreatif untuk menggunakan media,” jelasnya.

Fuad Bakhtiar juga mengatakan bahwa saat ini terjadi transformasi media dan pemuda memiliki tanggung jawab dalam hal tersebut. “Pemuda sebagai salah satu umat beragama mempunyai tanggung jawab dalam transformasi media ini. Pemuda harus mampu menggunakan media sebaik mungkin. Jangan gunakan media sosial seperti instagram sebagai galeri foto saja namun juga gunakan sebagai alat dakwah. Sebagai salah satu pemenuhan wasiat dari Nabi Muhammad SAW yaitu sampaikanlah walau satu ayat,” tuturnya.

Fuad Bakhtiar juga menjelaskan bahwa dalam membuat konten kreatif agar bisa dilihat oleh orang, banyak bisa menggunakan tiga metode. “Tiga metode yang perlu untuk digaris bawahi dan yang selalu saya terapkan dalam membuat konten kreatif yaitu kekinian dimana memuat isu-isu terkini, kemasan yaitu menggunakan kemasan yang bagus dan yang terakhir adalah lillahi ta’ala,” tambahnya.

Hal senada juga disampaikan Rangga Almahendra Direktur ADI TV. Menurutnya, pemuda juga punya tanggungjawab untuk memberikan jejak yang baik bagi masyarakat. “Saat ini Indonesia sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia, menjadi incaran untuk dihancurkan. Dimana umatnya dibuat ragu akan agamanya sendiri, lalu setelah itu dibuat tidak bangga akan agamanya. Selain itu umat Islam juga dibuat berbudaya kebarat-baratan. Maka dari itu sebagai sosok pemuda harus mampu untuk memotivasi diri agar meninggalkan jejak yang baik bagi masyarakat,” tambahnya.

Sementara itu, Akhmad Akbar Susamto. S.E., M.Phil., Ph.D Ketua KA-FoSSEI mengatakan bahwa saat ini sedang terjadi Revolusi Industri Ke-4 dimana teknologi berkembang sangat luar biasa dan memberikan efek positif dan negatif bagi manusia. “Efek positifnya pekerjaan manusia menjadi lebih mudah. Efek negatifnya banyak pekerjaan yang hilang akibat revolusi industri ini. Seperti contohnya pekerjaan penjaga wartel, penjaga pintu tol dan nantinya akan muncul pekerjaan-pekerjaan yang mungkin saat ini belum ada namanya,” jelasnya.

Akhmad Akbar juga mengatakan bahwa media saat ini sangat berperan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Salah satu media yang sering digunakan di kalangan pemuda khususnya adalah media sosial yang memiliki karakteristik digital interaktif yaitu bisa berkomunikasi dua arah tanpa harus bertatap muka, hypertextual virtual yaitu seolah olah nyata tapi maya, networked, dan simulated. Semua itu mampu untuk memudahkan pekerjaan manusia,” ungkapnya.

Namun, dengan adanya fenomena penggunaan sosial media saat ini masyarakat harus bisa menyikapinya dengan baik, karena yang terjadi saat ini penyebaran informasi menjadi lebih mudah dan cepat namun masyarakat yang terlibat memiliki pemikiran yang dangkal. “Masyarakat umumnya saat ini bisa dengan mudah mendapatkan informasi dan juga informasi tersebut dapat tersebar dengan cepat kepada siapa saja dan dimana saja. Akan tetapi, informasi tersebut masih seringkali tidak diteliti terlebih dahulu kebenarannya, sehingga menjadikan kajian pemikiran masyarakat itu dangkal. Dengan informasi yang berasal dari salah satu media sosial milik individu, sudah merasa bahwa dirinya menguasai segalanya. Padahal yang seharusnya ia lakukan adalah mengkajinya kembali lewat media buku, jurnal dan media lainnya yang lebih terbukti kebenarannya,” imbuh Akhmad Akbar lagi. (zaki)