Ribuan anak usia Taman Kanak-kanak (TK) se-Yogyakarta memeriahkan Festival Anak Negeri Jogja (FANJ) yang diselenggarakan di lingkungan Kampus Terpadu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (23/7). Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka Hari Anak Nasional yang jatuh pada hari yang sama. Acara ini diiisi oleh penampilan seni dan hiburan dari beberapa TK dan penampilan khusus dari anggota Karbol AAU.
Rangkaian kegiatan FANJ dibuka dengan pawai budaya mengelilingi lingkungan kampus UMY. Ribuan anak yang sebagian besar berpakaian adat beserta guru dan pendamping berjalan mengelilingi kampus terpadu UMY. Acara dilanjutkan dengan pertunjukan seni dan hiburan seperti tarian, nyanyian dan deklamasi puisi.
Puncak acara disii dengan penampilan Marching Band Karbol Akademi Angkatan Udara (AAU) ‘Gita Dirgantara’. Sekitar 130 anggota dengan pakaian kebesaran mereka tampil memukau. Anak-anak dan pendamping berkesempatan untuk berfoto bersama para anggota Karbol di akhir acara.
Menurut Sumardani, Ketua Panitia FANJ, kegiatan ini merupakan ajang kreativitas dan mempublikasikan karya anak bangsa. “Kegiatan ini dapat menumbuhkan rasa cinta dan bangga dengan budaya sendiri. Disamping itu diharapkan anak-anak dapat mengenal dunia kampus sejak dini serta mengenal sosok Karbol AAU lebih dekat” ungkapnya.
24 Juli, Gerakan Nasional Hari Tanpa Televisi
Sementara itu, ditempat yang sama, dipublikasikan Gerakan Nasioanal Hari Tanpa Televisi 24 Juli 2011 oleh Koalisi Masyarakat untuk Televisi Sehat, Gerakan ini ditujukan untuk menyelamatkan generasi bangsa dari tayangan tidak sehat. Melalui gerakan tersebut, koalisi ini mengajak masyarakat untuk mematikan telvisi selama satu hari pada 24 Juli 2011. Koalisi ini terdiri dari beberapa instansi pendidikan, masyarakat peduli media, kajian media, serta Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Yogyakarta.
Menurut Widodo, aktivis Masyarakat Peduli Media (MPM), saat ini para orang tua perlu bersikap terhadap televisi. “Jangan mau dikendalikan oleh televisi! Kita seharusnya yang mengendalikan televisi. Kalau mau sehat kita harus berpuasa. Begitu juga kalau anak-anak kita ingin sehat perkembangannya, maka puasa menonton televisi harus dilakukan” tegasnya.
Dewasa ini banyak hal dari TV yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat karena televisi terlalu banyak menayangkan kekerasan, pornografi, terorisme, informasi bencana alam tanpa data akurat dan beberapa tayangan buruk lainnya dan masyarakat sepertinya tidak berdaya. 85% acara televisi tidak aman untuk anak karena banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis yang berlebihan dan terbuka.
Beberapa data menggambarkan bagaimana pengaruh tayangan televisi terhadap anak, yang mana televisi mampu menanamkan pesan yang kuat ke dalam jiwa manusia. Televisi dinilai mampu membuat orang mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar di layar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan.
Koalisi ini juga menyoroti banyaknya kekerasan menjadi muatan utama televisi tanpa memperdulikan hal tersebut merupakan program hiburan ataupun berita. Tayangan kekerasan ini akan semakin menguat jika ada peristiwa khusus seperti terorisme atau tindak kriminal, bukan hanya praktek kekerasan yang ditonjolkan, namun juga korbannya yang sering kali mendapatkan eksploitasi dengan cara yang vulgar.
Lebih lanjut, Koalisi ini mengungkapkan Koalisi ini juga mengutip data Limburg yang mengungkapkan saat menjelang usia 18 tahun, anak-anak menghabiskan 25.000 jam untuk menonton televisi dan hal ini melebihi aktivitas lain kecuali tidur. Dalam rentang waktu panjang, anak-anak dipaksa melihat 350.000 siaran iklan, 15.000 berita kematian akibat kekerasan dan 7.000 situasi orang dewasa.