Civitas akademika Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sudah sepatutnya merasa bangga dengan prestasi tiga mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknik UMY. Pasalnya ketiga mahasiswa tersebut yakni Usman Abdul Rahman (TE angkatan 2014), Danu Barro Saputro (TE 2012), dan Muh. Rifai (TE 2011) berhasil membawa nama UMY untuk ikut serta dalam Kontes Robot Indonesia (KRI) tingkat nasional, yang akan diselenggarakan pada 11 hingga 14 Juni 2015, di Sportorium Kampus Terpadu UMY. Ketiga mahasiswa Teknik Elektro ini berhasil meloloskan Robot Pemadam Api, Mister Cool MK 4 buatannya ke salah satu ajang bergengsi tahunan yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) RI tersebut.
Usman Abdul Rahman, selaku ketua tim, saat ditemui di Biro Humas UMY pada Selasa (26/5) mengaku senang timnya bisa lolos ke tingkat nasional. Ia beserta kedua temannya pun semula tak mengira, bahwa mereka akhirnya didaulat oleh tim juri lomba KRI tingkat Regional III untuk daerah DIY dan Jawa Tengah, sebagai salah satu peserta KRI tingkat Nasional yang kedua. Hal ini karena mereka pada KRI Regional III tersebut bukan termasuk tim yang masuk di tiga besar. “Kami hanya berhasil menempati posisi di sembilan besar. Tapi yang lebih penting lagi, kami sangat senang dan bersyukur ternyata tim kami juga bisa lolos untuk mengikuti KRI tingkat nasional. Karena KRI tingkat nasional itu memang puncak dari rangkaian lomba KRI di tingkat regional,” ujarnya.
Usman juga menjelaskan bahwa nantinya, pada KRI tingkat nasional tersebut mereka akan mengikuti KRI pada kategori Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) Berkaki. “Sebenarnya, pada KRI Regional III yang diselenggarakan di Universitas Semarang pada 14 sampai 16 Mei kemarin, dari UMY ada dua tim yang ikut KRPAI, yakni untuk kategori KRPAI Beroda dan Berkaki. Hanya saja yang berhasil lolos ke KRI nasional adalah dari tim kami, KRPAI Berkaki. Karena menurut dewan juri, robot pemadam api milik kami mendapatkan poin lebih dalam memadamkan api. Sehingga, sekalipun kami bukan termasuk dalam tiga besar, tapi kami juga berhak dan lolos untuk ikut berkompetisi dalam KRI nasional. Ini suatu kebanggaan tersendiri juga bagi kami,” jelasnya.
Namun, lanjut Usman lagi, untuk bisa lolos menjadi salah satu peserta KRI tingkat nasional tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Awalnya, menurut Usman, sebelum mereka dinyatakan lolos menjadi peserta KRI nasional, mereka sempat mengalami beberapa masalah. “Robot kami sempat mengalami error. Karena sensor warna yang ada di robot kami ternyata tidak bisa bekerja. Ini juga karena pada saat lomba berlangsung ternyata karpet yang digunakan untuk jalur berjalannya robot itu diganti. Sementara sensor warna untuk jalur yang kami setting pada robot itu adalah warna merah, jadi robot kami saat itu juga sempat tidak bisa mendeteksi warna dan jalannya pun tidak langsung menuju api yang sudah disiapkan oleh panitia,” ungkapnya.
Namun, hal itu tidak lantas menyurutkan semangat Usman dan teman-temannya untuk bisa bertanding dengan lebih baik lagi pada babak berikutnya. Hingga akhirnya mereka berhasil dinyatakan lolos menjadi peserta KRI nasional kategori KRPAI Berkaki. Mister Cool MK 4 buatan Usman dan kedua temannya ini pun menurutnya, memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan tiga generasi robot pemadam api sebelumnya. Kelebihan tersebut bisa dilihat dari segi jalannya robot yang sudah menggunakan perhitungan invers kinematic. Dengan perhitungan tersebut, robot pemadam api berkaki Mister Cool MK 4 bisa berjalan otomatis ke segala arah, sehingga pergerakannya lebih dinamis. “Selain itu, robot juga jalannya lebih seperti hewan. Karena yang kami gunakan di sini adalah robot berkaki dengan bentuk laba-laba, jadi jalannya juga sudah seperti laba-laba,” ungkapnya.
Keunggulan lainnya, menurut Danu Barro Saputro, adalah terletak pada penambahan beberapa sensor, seperti sensor warna, uvtron, dan sensor TPA (Thermopal Arai). “Kalau sensor warna ini kami gunakan agar robot bisa mendeteksi dan membedakan jalur dan penghalang dia saat akan memadamkan api. Kemudian sensor uvtron untuk mendeteksi api dari jarak yang cukup jauh, sekitar 3 meter. Jika api yang akan dipadamkan itu tidak ada penghalang yang menghalangi sensor uvtron robot, maka dari jarak 3 meter itu robot sudah mendeteksi adanya api. Sedangkan untuk sensor TPA berguna untuk mendeteksi api sekaligus panas api dari jarak 30 cm,” jelasnya.
Usman kembali menambahkan, bahwa robot pemadam api yang dibuat oleh mereka dalam jangka waktu delapan bulan itu, tidak lain adalah robot simulasi untuk robot pemadam kebakaran yang sebenarnya. Karena itulah robot pemadam api, Mister Cool MK 4 ini masih hanya bisa memadamkan api kecil yang biasanya berasal dari lilin atau korek api. Namun untuk cara kerjanya sendiri, menurut Usman juga nantinya akan diaplikasikan oleh robot pemadam kebakaran yang sebenarnya. “Hanya saja bedanya, kalau untuk robot yang kami buat ini cara memadamkan apinya adalah dengan angin. Bukan dengan air,” imbuhnya.
Usman beserta kedua temannya pun berharap, dengan keikutsertaan mereka pada KRI tingkat nasional yang kedua tersebut dapat terus mengasah kemampuan dan keterampilan mereka dalam membuat robot. Ia juga berharap dapat meraih prestasi lebih tinggi lagi dalam ajang tahunan robotika Indonesia tersebut. “Kalau pada tahun 2013 yang lalu, robot pemadam api dari UMY meraih peringkat ke 4 tingkat nasional. Maka untuk tahun ini, kami berharap bisa menjadi juara pertama dalam KRI nasional kedua ini, agar kami juga bisa mengharumkan nama Indonesia untuk ikut dalam ajang internasional kontes robot pemadam api di Amerika. Kami juga berharap ke depannya, teman-teman kami yang lain bisa juga mengikuti ajang ini pada keempat kategori perlombaannya, yakni KRPAI, KRAI (Kontes Robot ABU Indonesia), KRSBI (Kontes Robot Sepakbola Indonesia), dan KRSI (Kontes Robot Seni Indonesia),” pungkasnya. (sakinah)