Berita

Rosyad Sholeh (Ketua BPH UMY), 52 Tahun Berjuang Untuk Umat, Bangsa dan Muhammadiyah

IMG_8980
Drs. H. Rosyad Sholeh, Ketua BPH UMY

Siapa yang tidak mengenal Drs. H. Rosyad Sholeh, sosok bersahaja dan sederhana yang sangat disegani di lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Bahkan dirinya pun tidak hanya disegani oleh kalangan civitas akademik UMY, tapi juga oleh kader-kader Muhammadiyah.

Pada puncak acara Milad Emas UMM yang ke-50 pada Ahad (7/12) yang lalu, Drs. H. Rosyad Sholeh menjadi salah satu Tokoh Muhammadiyah yang mendapatkan UMM Award. UMM Award ini diberikan pada delapan Tokoh Muhammadiyah yang di usianya lebih dari 70 tahun tapi tetap bisa berkhidmat dan berjuang untuk umat dan bangsa. Seperti yang telah dilakukan oleh Drs. H. Rosyad Sholeh.

Pria kelahiran Bojonegoro, Jawa Timur yang menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk Muhammadiyah ini, sudah dikenal sejak lama sebagai salah satu tokoh Muhammadiyah yang tetap istiqamah berjuang untuk umat, bangsa dan Muhammadiyah. Sudah tak terhitung lagi betapa banyak kiprah yang dilakukannya untuk umat dan bangsa, khususnya Muhammadiyah.

Perjalanannya dalam meniti perjuangan untuk umat dan Muhammadiyah, dimulai saat umurnya masih belia. Tepatnya setelah lulus dari Madrasah Ibtidaiyah Bojonegoro pada tahun 1953. Setelah melepaskan status sebagai pelajar Madrasah Ibtidaiyah, Rosyad kemudian melanjutkan pendidikannya di PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) di kota yang sama dan lulus tahun 1957. Ia kemudian hijrah ke Yogyakarta dan masuk Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) hingga tahun 1960. Setamat dari PHIN pada tahun 1960 inilah, Rosyad mulai mengabdi kepada negara dengan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Pengabdian Rosyad pada negara dijalani sejak tahun 1960 hingga 2000 di Departemen Agama (Depag). Beberapa jabatan yang pernah didudukinya yakni Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Depag DIY dan Jawa Tengah, sekretaris Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Urusan Haji Depag RI, serta pernah pula menjadi staf ahli Menteri Agama pada tahun 1990 hingga 2000.

Namun, sekalipun pada tahun-tahun itu Rosyad disibukkan dengan berbagai macam kegiatan dan tugas dari Depag serta Kementerian Agama. Ia tak pernah lupa untuk tetap bisa berkiprah langsung dalam Muhammadiyah. Di tengah kesibukannya sebagai pimpinan di beberapa kantor urusan Depag, Rosyad bahkan juga terlibat dalam pendirian sebuah perkumpulan yang saat ini sudah menjadi organisasi otonom Muhammadiyah, yakni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).

Bersama Drs. H.M. Djazman Al-Kindi, pada tahun 1964 sekembalinya Rosyad dari Medan, Sumatera Utara sebagai pegawai di lingkungan Jawatan Penerangan Agama, keduanya lantas mendirikan IMM sebagai salah satu wadah perkumpulan bagi mahasiswa-mahasiswi Muhammadiyah. Semenjak itulah IMM kemudian berdiri di banyak universitas-universitas. Kemudian pada tahun 1965, keduanya menginisiasi untuk diadakannya musyawarah nasional dan menetapkan IMM sebagai salah satu organisasi otonom Muhammadiyah.

Langkah yang diambil oleh Rosyad untuk mendirikan IMM tersebut, sebenarnya juga tak lepas dari perannya yang sudah lebih dulu berkiprah di Pemuda Muhammadiyah, ketika dirinya masih berada di Medan. Di sanalah ia bergabung bersama anggota-anggota Pemuda Muhammadiyah Medan untuk bersama-sama mendakwahkan Islam Berkemajuan yang diusung oleh organisasi Muhammadiyah.

Kesibukan Rosyad seolah tak ada hentinya, sebab setelah bergabung dalam Pemuda Muhammadiyah dan sukses mendirikan IMM, dirinya lantas ikut terlibat aktif di Muhammadiyah sejak tahun 1978 hingga sekarang. Jabatan yang pernah diduduki Rosyad yaitu anggota PP Muhammadiyah, sekretaris PP Muhammadiyah, wakil ketua PP Muhammadiyah, sekretaris umum PP Muhammadiyah, Ketua Panitia Pemilihan Pusat untuk Pimpinan Pusat Muhammadiyah selama periode 7 kali muktamar berturut-turut, dan konsultan ahli PP Muhammadiyah hingga saat ini.

Di luar aktivitasnya di PP Muhammadiyah dan Departemen Agama, Rosyad juga pernah menjadi anggota MPR RI periode 1999-2004 dari fraksi golongan perwakilan Muhammadiyah. Dan saat ini, Rosyad dipercaya sebagai ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMY. Dengan segala aktivitas dan kesibukan yang dilakukan Rosyad sejak masa belia ini, menunjukkan bahwa dirinya yang pernah memiliki cita-cita sebagai muballigh, telah menjadikan hidup dan cita-cita mulianya bermakna. Bukan hanya bermakna bagi dirinya sendiri tapi juga bagi orang-orang sekitarnya dan juga umat.

Rosyad merupakan sosok pemimpin yang patut diteladani oleh semua, terlebih lagi oleh kader-kader Muhammadiyah. Karena sosoknya yang jujur, disiplin dan tegas dalam semua aspek. Selain itu, satu hal lagi yang patut diteladani adalah keistiqamahannya berjuang dan mengabdi untuk umat, bangsa, dan Muhammadiyah. Bahkan sekalipun usianya kini sudah menginjak 74 tahun, Rosyad tetap terus mengabdi pada umat, bangsa dan Muhammadiyah. Walaupun ia tidak lagi banyak bergerak langsung dengan terjun ke masyarakat, tapi lewat tulisan-tulisan yang dihasilkannya ia tetap melakukan perjuangan dan mendakwahkan Islam yang berkemajuan bagi semua orang.

Rosyad yang telah menghabiskan 52 tahun waktu hidupnya untuk umat dan bangsa ini pun mengharapkan agar kader Muhammadiyah serta generasi muda bisa lebih berkualitas dibanding para pendahulunya. “Generasi muda dan kader Muhammadiyah harus bisa lebih berkualitas, baik dalam intelektualitas, mental, maupun akhlaknya. Karena tantangan ke depan jauh lebih berat dan komplek. Baik itu tantangan yang datang dari internal, lebih-lebih eksternal, baik dari dalam maupun luar negeri,” pesan Rosyad.

Karena di situlah diperlukan kader-kader yang handal, agar Muhammadiyah tidak tertinggal dan bisa terus mendakwahkan Islam berkemajuan. “Jadi saya harap generasi dan kader berikutnya harus lebih pintar, lebih sehat, lebih kuat, dan kalau bisa lebih kaya dari pendahulunya. Agar Muhammadiyah yang sudah memasuki abad ke-2 usianya ini bisa lebih maju lagi,” imbuhnya.