Dunia anak kian terpinggirkan oleh perkembangan zaman yang pesat dan kecanggihan teknologi informasi yang begitu mewabah. Dunia anak identik dengan kepolosan, keceriaan, canda tawa, dan permainan-permainan khas yang mengajarkan kebersamaan, kerjasama, gotong royong, serta berbagai nilai-nilai positif lainnya.
Namun kini, anak-anak lebih akrab dengan dunia sandiwara yang disuguhkan oleh sinetron-sinetron, gaya hidup yang semakin bergantung pada kemajuan teknologi, dan permainan-permainan canggih yang lebih banyak dimainkan secara individual. Semua kondisi itu secara tidak langsung berdampak pada perkembangan kepribadian anak-anak.
Dunia anak-anak yang semakin terabaikan itu menggugah kepedulian sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang bernaung di dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Fotografi “Release Photography Club” (RPC).
RPC UMY menunjukkan perhatian mereka dengan mengabadikan keceriaan, dinamika, dan warna-warni dunia anak dalam pameran fotografi bertema “Dunia Anak” di Coral Gallery, Gejayan, yang berlangsung selama sepekan, Rabu-Kamis (17-24/02).
Herrymawan Indra Wibisono, Ketua panitia penyelenggara menjelaskan bahwa tema dunia anak memang dipilih untuk menampilkan warna-warni dunia anak dalam bingkai fotografi. Dunia anak adalah dunia yang sangat menarik, semua orang pasti pernah mengalami masa kanak-kanak. RPC UMY mencoba menampilkan berbagai bingkai tentang dunia anak dalam pameran ini.
Pameran ini diselenggarakan sebagai pameran dasar perdana pra pelantikan anggota RPC UMY angkatan ke IX sekaligus sebagai ajang perayaan ulang tahun RPC yang ke-12. ”Pameran forografi ini adalah ajang perayaan ulang tahun RPC UMY yang tepatnya jatuh pada 14 februari 2010 lalu. RPC UMY berdiri sejak 14 februari 1998 dan tahun ini telah genap berusia 12 tahun. Selama kurun waktu tersebut, RPC UMY telah melahirkan banyak fotografer handal dan telah berulang kali menggelar pameran fotografi,” ujar Herry, Senin (22/02).
Tema besar ”dunia anak” diterjemahkan ke dalam beberapa sub tema pada foto-foto yang dipamerkan. Beberapa di antaranya adalah seputar anak jalanan, permainan anak, makanan anak, anak sekolah, cita-cita anak, gaya hidup anak, dan kesenian anak.
Sidik Radityo, Ketua RPC UMY mengatakan bahwa pameran ini diadakan sebagai ajang bernostalgia untuk para pengunjung mengingat masa kanak-kanak mereka. Diharapkan para pengunjung lalu membandingkannya dengan kondisi anak-anak sekarang yang hidup di tengah perkembangan zaman dan kemajuan teknologi.
”Kami prihatin melihat anak-anak era kini seakan kehilangan dunia mereka, Anak-anak butuh perhatian lebih agar tidak kehilangan jati diri mereka, agar tidak tenggelam dalam perubahan zaman. Anak-anak sekarang telah keracunan televisi, internet, dan teknologi-teknologi canggih lainnya. Mereka hidup dalam dunia yang memaksa diri mereka untuk hidup tidak seperti layaknya seorang anak-anak,” tegas Sidik.
Melalui pameran ini, mereka yang berkunjung dapat lebih memahami bahwa dunia anak kini perlu perhatian bersama. Diperlukan upaya kolektif dari semua pihak agar anak-anak tetap hidup dalam dunia mereka sendiri.
”Kami berharap seluruh pihak, khususnya para orang tua, dan mungkin juga pemerintah, harus lebih memperhatikan lagi dunia anak-anak. Jangan sampai anak-anak menjadi dewasa sebelum waktunya karena ketidakmampuan kita memberikan arahan dan pendampingan kepada mereka. Para orang tua harus lebih banyak mencurahkan waktu mereka untuk mendampingi perkembangan kepribadian anak, khususnya ketika nantinya memasuki usia remaja yang sangat rentan,” tambah Sidik.
Lebih dari 30 karya foto dapat dinikmati pengunjung dalam pameran tersebut dan setiap foto memiliki maknanya masing-masing. Misalnya, foto berjudul Cita-citaku setinggi langit di angkasa, sedalam lautan, seluas samudera karya Agustina Puspitasari, mahasiswi Fakultas Kedokteran UMY. Menurut Agustina, foto tersebut menggambarkan begitu dalam dan mulianya cita-cita seorang anak kecil yang bercita-cita untuk menjadi dokter dengan harapan dapat membantu banyak orang.
Karya foto lain, juga milik Agustina, yang berjudul Aku Ingin Mewakili Indonesia di World Cup, menggambarkan keinginan seorang anak untuk berjuang dan membela negaranya untuk dapat berkompetisi di tingkat dunia. Tentunya sebuah cita-cita yang mulia. Di samping itu, foto tersebut juga sebagai sindiran kepada pemerintah, dan PSSI khususnya yang hingga kini belum dapat berprestasi di kancah internasional.
”Mudah-mudahan, kita semua bisa lebih dalam melihat permasalahan yang dihadapi anak-anak masa kini, yang seakan kehilangan tempatnya. Merupakan tugas bersama untuk menjaga dunia anak-anak agar tetap indah dan menyenangkan,” tandas Sidik.
Ya, kurang lebih itulah yang dapat kita gambarkan ketika kita sedang membayangkan tentang anak-anak.
Disamping itu semua, sering kita lihat dan jumpai tidak sedikit dari anak-anak memiliki nasib yang kurang beruntung. Banyak anak-anak yang seharusnya pada usianya berhak mendapatkan perlindungan dan kasih sayang dari orang tua, mendapat tempat dan waktu untuk bermain, pendidikan dan kehidupan yang layak, namun kenyataannya mereka dipaksa oleh keadaan untuk tidak mendapatkan apa yang seharusnya menjadi hak mereka. Suatu kondisi yang sangat kontras disini, di dunia anak.
Dengan mengangkat tema Dunia Anak sebagai tema dan judul dari pameran kami, merupakan sebuah usaha kami untuk mengekspresikan diri, menuangkan ide dan gagasan kreatif kami dalam bentuk karya fotografi. Serta pameran yang menjadi agenda kegiatan kami ini juga bermanfaat sebagai tolok ukur dari eksistensi kami dalam menekuni dunia fotografi ditanah air. Dan juga menjadikan fotografi sebagai media untuk mengekspresikan imajinasi. Khususnya anggota RPC angkatan IX.