Rumah sakit mempunyai sistem akuntansi yang unik karena disamping menjalankan usaha bisnis, rumah sakit juga menjalankan kegiatan sosial. Ketika rumah sakit menggunakan akuntansi konvensional, secara sadar atau tidak manajemen perusahaan tergiring dalam pola pikir kapitalis. Dengan adanya prinsip bisnis sosial dan prinsip-prinsip Shariate Good Corporate Governance (SGCG), diharapkan hal itu bisa menghapus diskriminasi antara aktivitas ekonomi dengan ibadah yang pada akhirnya menjadikan masyarakat lebih percaya terhadap rumah sakit.
Hal tersebut disampaikan Konsultan Keuangan Pusat Pelayanan Manajemen Kesehatan – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PMPK – UMY), Rudy Suryanto, SE.,M.Acc.,Ak saat memaparkan hasil penelitiannya yang berjudul Rekonstruksi Sistem Akuntansi Rumah Sakit Syariah (SARSS) Muhammadiyah berbasis Konsep Bisnis Sosial dan Shariate Good Corporate Governance (SGCG) di Kampus Terpadu Selasa (6/4). Penelitian tersebut juga disampaikan dalam Lokakarya Pra-Muktamar Muhammadiyah Forum Dekan Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Menurutnya, meskipun ada pertumbuhan pesat dari praktek sistem akuntansi Syariah dalam sektor perbankan, namun perkembangan sistem akuntansi Syariah di sektor lainnya masih terbatas. “Kondisi tersebut mendorong saya untuk tertarik dalam mengkaji lebih lanjut adanya kerangka Sistem Akuntansi Syariah yang dapat diterapkan pada rumah sakit. Rumah sakit mempunyai sistem akuntansi yang unik karena disamping menjalankan usaha bisnis, rumah sakit juga menjalankan kegiatan sosial,” ujar Rudy yang juga Dosen Fakultas Ekonomi UMY.
Ia menerangkan bisnis sosial berbeda dengan yayasan amal. Bisnis sosial dijalankan seperti layaknya sebuah usaha bisnis dengan menganut prinsip-prinsip dan metode yang ada dalam usaha bisnis. Bisnis sosial menghasilkan suatu produk atau jasa yang bertujuan untuk membantu masyarakat, tetapi tetap mendapatkan pengembalian atas biaya operasi atau bahkan mendapatkan keuntungan.
“Artinya bisnis sosial tidak bergantung dari sumbangan, donasi dari entitas lain dalam menjalankan usahanya. Ketika bisnis sosial bisa mencapai pengembalian biaya sepenuhnya atau break even point sehingga bebas dari ketergantungan finansial, maka selanjutnya bisnis sosial dapat tinggal landas untuk meluaskan manfaat kepada masyarakat,” terang Rudy.
Dengan menggunakan akuntansi konvensional, secara sadar atau tidak manajemen perusahaan tergiring dalam pola pikir kapitalis, yaitu bagaimana memupuk laba untuk meningkatkan modal atau kekayaan bersih. Investor, kreditur dan pengguna laporan lainnya akan menilai perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memiliki laba tinggi. Sehingga perusahaan kemudian cenderung bertindak egois seperti menekan upah, menaikan harga jual setinggi mungkin, menekan biaya pengolahan limbah dan menekan biaya sumbangan.
Lebih lanjut, Rudy menjelaskan apabila manajemen diberi dua pilihan, satu memberikan kemanfaatan sosial dan satunya untuk meningkatkan laba, maka manajemen akan bingung mana yang harus didahulukan. “Manajemen enggan mengambil suatu kebijakan lantaran kebijakan tersebut dipandang akan membuat pendapatan rumah sakit menurun. Untuk itu Nilai-nilai Islam yang luas dan abstrak perlu diturunkan kedalam prinsip-prinsip akuntansi untuk memudahkan pelaku di lapangan untuk memecahkan suatu kasus akuntansi dan pencatataannya,” urainya.
Ia menambahkan, dengan menurunkan nilai-nilai Islam kedalam prinsip-prinsip akuntansi dan menjadikannya pedoman serta acuan praktek akuntansi, maka pihak manajemen rumah sakit memiliki kerangka yang jelas dan bisa menetapkan apakah suatu kebijakan sesuai dengan ketentuan syariah atau tidak.
Dengan prinsip bisnis sosial dan prinsip-prinsip Shariate Good Corporate Governance (SGCG), Rudy mengakui penerapan kedua prinsip tersebut diharapkan bisa menghapus diskriminasi antara aktivitas ekonomi dengan ibadah. “Keuntungan jangka pendek yang didapat oleh rumah sakit mungkin akan menurun apabila kedua prinsip tersebut di jalankan, tetapi dalam jangka panjang keuntungan akan meningkat, karena masyarakat menjadi lebih percaya terhadap Rumah Sakit,” tuturnya.