Berita

Rumuskan Acuan Untuk PTMA, Dikti Bekerjasama Dengan UMY

Penerapan nilai-nilai Islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan juga untuk mendidik pribadi mahasiswa guna kemaslahatan umat merupakan ciri yang dimiliki oleh Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA). Dalam rangka merumuskan pedoman yang dapat digunakan sebagai acuan bagi PTMA untuk mencapai tujuan tersebut, Majelis Dikti dan Litbang Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengadakan Workshop Pengembangan kampus Islami PTMA. Lokakarya yang diadakan di Lynn Hotel pada hari Minggu (17/12) tersebut menggandeng Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sebagai tuan rumah. Acara tersebut akan berlangsung selama 2 hari hingga hari Senin (18/12).

Rektor UMY, Dr. Ir Gunawan Budiyanto, M.P, selaku tuan rumah menyebutkan bahwa PTMA harus memiliki ciri yang membedakan dengan perguruan tinggi lainnya. “Kita pernah membicarakan permasalahan ini dulu di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Apa beda lulusan kita yang berasal dari PTMA dengan lulusan perguruan tinggi lainnya. Sampai sekarang kita masih belum bisa merumuskan hasil yang berbentuk konkrit, bahkan beberapa konsep yang dulu pernah sempat dikemukakan dikomentari sebagai sekedar usaha ayatisasi untuk PTMA oleh sebagian dari kita,” ungkap Gunawan saat membuka acara yang dihadiri oleh puluhan PTMA dari berbagi daerah di Indonesia tersebut.

“Menurut saya, menerapkan nilai Islam berarti tentang bagaimana menempatkan Islam sebagai panutan hidup. Ini termasuk dalam menerapkannya dalam kinerja keseharian kita, baik untuk kita sebagai dosen dan karyawan juga untuk mahasiswa di PTMA, contohnya membudayakan disiplin dalam kegiatan sehari-hari. Ini agar PTMA memiliki ciri yang yang menjadi pembeda untuk kita, sehingga tanpa perlu menyebutkan asal institusi masyarakat dapat segera mengetahui kalau kita adalah bagian dari PTMA. Bagaimana amal perbuatan kita dapat mendahului nama kita,” papar Gunawan.

Ketua Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah, Prof Lincolin Arsyad, Ph.D menyebutkan penerapan nilai Islam dalam PTMA bukan hanya pada fisiknya saja. “Secara fisik, masjid adalah ciri fisik PTMA yang paling umum. Tidak hanya sebatas itu, namun juga harus diikuti dengan penerapan nilai-nilai Islam lainnya termasuk dalam tata kelolanya. Contohnya dalam kampanye halal yang sedang kita lakukan, ketika bicara tentang makanan halal yang terpikirkan adalah tidak ada unsur-unsur haram dan lainnya. Padahal tidak sebatas itu, kita harus melihat juga bagaimana cara pengolahan makanan tersebut, termasuk menelusuri biaya yang digunakan untuk memperoleh bahan makanan yang diolah,” ujar Arsyad.

Arsyad berharap agar lokakarya tersebut dapat menghasilkan sebuah acuan yang kongkrit bagi PTMA. “Ketika saya berkesempatan mengunjungi universitas di Taiwan, saya merasa mereka sudah menerapkan nilai-nilai Islam lebih baik daripada kita. Dalam manajerial kampus contohnya mereka mampu mengelola administrasi secara jujur dan apik. Ini yang menjadi tantangan bagi kita yang sudah mengenal nilai-nilai Islam agar juga dapat mengaplikasikannnya dalam satiap aspek kehidupan kita di PTMA,” papar Arsyad. (raditia)