Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyelenggarakan sosialiasai bertajuk “Karier dan Profesi Dokter Militer” pada Rabu (28/3) di Gedung Siti Walidah Kampus Terpadu UMY. Kegiatan tersebut bertujuan dalam rangka mensosialisasikan terkait kesempatan karier untuk menjadi tenaga kesehatan di lingkungan militer.
Laksamana Pertama TNI dr. Arie Zakaria, SpOT, Sp.KL, FICS selaku Direktur Kesehatan Ditjen Kuathan Kementerian Pertahanan menyampaikan bahwa saat ini tenaga kesehatan yang dimiliki militer sangat kurang, baik di lingkungan TNI Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU). “Berkarir sebagai dokter militer memiliki tugas sebagaimana dokter pada umumnya yaitu menerapkan ilmu kedokteran umum, berkerja pada lingkungan khusus dan pengabdian saat damai maupun perang. Hal ini merupakan bentuk nyata kontribusi pada negara karena jika menjadi bagian militer akan terikat sumpah, kode etik, disiplin dan hirarki, terikat dalam satu korps kesehatan, terlibat penugasan nasional dan internasional, mengikuti pendidikan umum dan militer dan memiliki kesehatan rohani dan jasmani,” ujar Arie.
Lebih lanjut Arie menuturkan bahwa ada beberapa tahapan untuk jenjang karir di lingkungan militer dan bisa didapatkan oleh siapa saja. “Jenjang karir militer memiliki fase sesuai periode penugasan yakni pengembangan dasar, pengenalan tugas (Letda), pemantapan (Lettu/Kapten), pengembangan kemampuan (Mayor/Letkol), pengembangan profesional (Letkol/Kolonel), bakti pengembangan lanjut (Kolonel Mantap), dan Darma Bakti (Jenderal/Laksamana/Marsekal). Selain itu juga ada beberapa fungsi penugasan seperti menjadi pemimpin, komandan, kepala, jabatan struktural, tenaga fungsional kesehatan, pengawas, instruktur dan peneliti. Semua fase ini kita tidak perlu mempunyai latar belakang milter, hal ini bisa kita dapatkan jika kita mau dan berkomitmen menjadi dokter militer,” ujar Arie.
Kembali ditambahkan Arie bahwa menjadi tenaga kesehatan militer harus siap ditugaskan di berbagai tempat. “Bisa mejadi tenaga kesehatan kelautan yang bertugas di kapal atas air, kesehatan kapal selam, kesehatan penerbangan laut dan kesehatan marinir. Selain itu bisa bertugas di Angkatan Darat tentunya bisa bertugas saat melakukan bakti sosial di pedalaman, di Rumah sakit, dan pangkalan militer lainnya. Untuk itu kami sangat membutuhkan tenaga kesehatan yang memiliki loyalitas tinggi dan mampu berkomitmen menjadi bagian militer Indonesia. Kemudian saya berharap para mahasiswa kesehatan banyak yang mendaftar dan memiliki keinginan kuat, karena dalam penerimaan tenaga kesehatan ini kami tidak akan diskriminatif dan terbuka untuk siapapun,” tandasnya. (Sumali)