Berita

Saingan Semakin Banyak, Radio harus Paham Keinginan Pendengar

Saat ini, pamor radio sebagai salah satu sumber informasi dan hiburan memang tidak setenar dulu. Dulu saingan terberat radio hanya televisi dan koran. Namun sekarang mulai banyak media lain yang muncul untuk menyediakan informasi, hiburan, serta ruang untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Seperti keberadaan internet dengan berbagai jaringan sosial dan situs informatif.

Saat ini, pamor radio sebagai salah satu sumber informasi dan hiburan memang tidak setenar dulu. Dulu saingan terberat radio hanya televisi dan koran. Namun sekarang mulai banyak media lain yang muncul untuk menyediakan informasi, hiburan, serta ruang untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Seperti keberadaan internet dengan berbagai jaringan sosial dan situs informatif. Kemudian music player menjadikan seseorang tidak harus mendengar radio berlama-lama untuk menunggu lagu favoritnya karena sudah bisa langsung di dengar dalam playlist di music player nya. Tergerusnya pamor radio ini menjadi salah satu masalah penting bagi para pengelola radio atau broadcaster. Selain harus bersaing dengan media lainnya, sebuah stasiun harus bersaing dengan stasiun lainnya. Untuk di Jogja, satu radio harus bersaing dengan 51 stasiun radio lainnya.

Demikian diungkapkan oleh Agus Wicaksono, pengelola radio di PT. Media Nusantara Citra (MNC) Networtk dalam sebuah diskusi mengenai Radio Network yang diselenggarakan oleh mahasiswa Broadcasting Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), di Laboratorium Ilmu Komunikasi (Lab. IK) UMY, Senin siang (3/5).

Menurut Agus, saat ini pihak radio harus benar-benar paham dan mengenali ekspektasi atau apa yang diinginkan oleh para pendengarnya. Bukan hanya mengikuti apa yang ada di radio lain.   Radio juga harus membuat segmentasi pendengar yang tepat sehingga bisa tahu acara apa yang tepat untuk para pendengar dengan segmentasi tertentu. “Untuk mengetahui ekspektasi ini pengelola radio harus melakukan survei terhadap para pendengarnya,”paparnya.

Agus menuturkan pengalamannya dalam membentuk program di salah satu radio di Purwakarta. Radio yang ia tangani menargetkan pendengar para anak muda. Hampir seluruh radio di Purwakarta memiliki acara tangga lagu. Agus berpikir apakah memang program tangga lagu itu adalah yang dibutuhkan pendengar atau hanya trend saja di Radio. Akhirnya, Agus melakukan survei untuk melihat apa sebetulnya kebutuhan anak-anak muda tersebut. “Saya datang ke sekolah, ke kantin, ke tempat hang out anak-anak muda, di sana saya dapatkan ternyata anak muda di sana tidak butuh dengan program tangga lagu. Lalu buat apa kita capek  bikin program yang ternyata bukan merupakan ekspektasi dari pendengar,”ungkapnya.

Selain membuat acara yang tepat, Radio juga harus memperbaiki kualitas audio, baik audio teknologi maupun audio yang berasal dari kerongkongan si penyiar. Harga iklan juga harus kompetitif berdasarkan jumlah pendengar yang dimiliki oleh radio tersebut. “ Kalau pendengar banyak ya bisa saja tarif iklan mahal, tapi kalau ternyata pendengar sedikit ya harus kompetitif lah sesuai dengan pendengarnya,”urainya.

Agus juga menjelaskan tentang sebuah cara yang saat ini sering digunakan oleh berbagai radio saat ini untuk tetap bisa eksis yaitu dengan bergabung dengan radio network. Radio network ini merupakan jaringan radio di berbagai kota di Indonesia. Seperti MNC yang memiliki empat radio jaringan yang ada di beberapa kota di Indonesia. Menurut Agus, banyak keuntungan yang bisa didapat bergabung dari radio network. Beberapa diantaranya konten radio bisa lebih variatif, siaran di radio A bisa di dengar di radio B yang tergabung dalam satu jaringan. “Selain itu,  radio network bisa memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni namun biaya bisa ditanggung besama-sama serta jangkauan siaran yang lebih luas.”tandasnya.