Dulu rasa sakit gigi yang diderita saat proses pencabutan gigi dianggap wajar karena rasa sakit berasal dari otak sehingga tidak perlu dilakukan perawatan khusus. Namun saat ini para dokter gigi mulai melakukan treatment melibutkan sarat otak dan saraf sekitar wajah untuk mengurangi rasa sakit saat dilakukan operasi pencabutan gigi. Hal tersebut dikemukakan oleh guru besar Tokushima University, Yoshizo Matsuka, dalam kajian pakar “Basic Pain Mechanism and Management of Orofacial Pain” jurusan Kedokteran Gigi UMY di Amphitheatre FKIK UMY, Jum’at (7/3) yang dihadiri oleh Kepala Jurusan KG UMY drg. Hastoro Pintadi, Sp.Pros beserta dosen KG lainnya.
Matsuka mengatakan, banyak dokter ataupun dokter gigi belum memahami perbedaan antara temporomandibular disorder (gangguan disendi rahang, muka dan sekitarnya) dengan neuropathic pain (rasa sakit dari saraf). Sehingga pasien dengan neuropathic dirujuk ke dokter lain. “Itulah perlu mendalami cara mengatasi sakit di urat saraf. Sehingga dapat memberikan yang terbaik pada pasien,” jelasnya.
Menurut Matsuka, dengan memahami orofacial pain dapat meringankan rasa sakit pada pasien karena saat proses operasi atau pencabutan gigi, pasien tidak akan merasa sakit. Karena rasa sakit di sekitar mulut, rahang dan sekitar muka terlebih dahulu di atasi. “Kalau sudah diatasi itu, maka saraf ke otak tidak akan membawa rasa sakit. Itulah kenapa dokter perlu memahami orofacial dan neuropathic pain,” jelas Matsuka.
Sedangkan Kepala Jurusan KG drg. Hastoro Pintadi mengatakan, kajian pakar ini dilakukan dalam rangka menjalankan Memorandum of Understanding (MoU) UMY dengan Tokushima University. Sebelumnya UMY dan Tokushima telah menjalankan pertukaran dosen dan mahasiswa. “Ini bagian kegiatan MoU UMY dan Tokushima yang sudah berlangsung 3 tahun, setelah ini kita akan melakukan Student Exchange lagi. Jadi nanti akan ada proses penjaringan mahasiswa yang mau ikut,” jelas Hastoro. (syah)