Guna mewadahi aspirasi tinggi mahasiswa dalam bidang kewirausahaan, Student Entrepreneurship and Business Incubator (SEBI) UMY mengadakan seminar kewirausahaan dan workshop business plan pada Sabtu (19/03) di Ruang Sidang Gedung AR Fakhrudin B lantai 5. Workshop tersebut diawali dengan pembentukan komunitas kewirausahaan UMY yang anggotanya berasal dari semua fakultas di UMY.
Dukungan terselenggaranya agenda tersebut disampaikan oleh Wakil Rektor I UMY, Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP yang mengatakan pentingnya memulai mimpi menjadi wirausaha. Dalam sambutannya, Dr. Gunawan memberikan contoh beberapa temannya yang saat masih kuliah tidak terlalu rajin, namun dengan melihat potensi dan kesempatan dapat mengantarkan mereka menjadi wirausahawan yang sukses dan memiliki omset besar. “Bisnis itu tidak perlu berkaitan dengan program studi yang diambil. Yang terpenting dalam bisnis adalah insting dan berani rugi. Keberhasilan adalah bagaimana menjadi berani dalam mengambil faktor resiko,” terang Gunawan.
Ketua Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni (LPKA) UMY, Ir. Agus Nugroho Setiawan, M.P. dalam sambutannya mengungkapkan bahwa seminar kewirausahaan dan workshop business plan merupakan salah satu dari rangkaian Festival Kewirausahaan di UMY, yang menjadi salah satu upaya yang saat ini tengah dilakukan oleh UMY dalam menggerakkan kegiatan kewirausahaan di kalangan mahasiswa. “Dalam festival kewirausahaan ini nanti juga akan ada kompetisi bisnis plan, dengan deadline akhir pengumpulan proposal ke SEBI UMY pada 30 Maret mendatang. Selanjutnya pada bulan April akan diadakan ekspo kewirausahaan dan diakhir rangkaian acara akan diadakan pemberian hibah kewirausahaan atas hasil dari proposal yang telah diseleksi,” jelas Agus.
Dalam workshop Business Plan tersebut, hadir sebagai pembicara yakni 2 orang mahasiswa UMY dan satu alumni UMY yang telah menjadi wirausahawan muda, antara lain Ayu Mulianti selaku CEO dari Berry Bean Bag, Briansyah Kancaburi selaku pendiri dari Kampus Kompany dan Medy Prasetyo, S.Pi., S.E. selaku konsultan bisnis. Ketiga pembicara memaparkan penjelasan mereka tentang awal mula memulai bisnis, hingga pada kesulitan dan tantangan yang dialami selama proses berwirausaha.
Ayu Mulianti yang merupakan mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris angkatan 2012 mengaku bahwa bisnis Bean Bag-nya berawal dari proposal PKM yang tidak berhasil lolos masuk PIMNAS pada tahun 2013. Setelah tidak lolos PIMNAS, ia mencoba peruntungannya dengan mengajukan proposal Hibah Kewirausahaan di bawah SEBI UMY 2015, dan proposalnya berhasil lolos. Ia menambahkan bahwa hal terpenting adalah niat dan usaha dan bukan semata-mata demi uang. “Kalau niatnya hanya mengharapkan uang, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Yang terpenting berani mencoba, maka kita akan mendapatkan ilmu dan pengalaman,” jelasnya.
Mahasiswa semester 8 itu memotivasi para mahasiswa bahwa di saat umur mereka masih muda, mahasiswa harus berani mencoba. Namun tidak hanya sekedar mencoba tetapi ia juga menjelaskan bahwa seorang wirausahawan juga harus tahu kemampuan diri sendiri. “Selain itu, dalam bisnis itu sebenarnya tidak harus selalu memunculkan sebuah produk yang baru. Dalam bisnis kita mengenal istilah re-branding atau memproduksi kembali produk yang sudah ada dengan menghadirkan sebuah ciri khas yang baru dan bagaimana caranya supaya orang menjadi tertarik dengan produk kita dibanding produk yang sebelumnya telah ada,” jelas Ayu.
Berbeda dengan Ayu yang memulai bisnis dari program PKM, pendiri Kampus Kompany, Briansyah Kancaburi yang merupakan alumni UMY tahun 2014 mengatakan usahanya berawal dari hobinya dalam mengerjakan desain grafis. Kampus Kompany sendiri merupakan produksi vendor garment yang memproduksi produk-produk seperti kaos, jaket, tas, dan lain-lain. “Di Jogja tentu sudah banyak sekali yang punya bisnis serupa, tetapi sebagai seorang wirausahawan, kita dituntut untuk memiliki ide yang menghantarkan produk kita memiliki ciri khas yang berbeda dengan produk lain,” jelas Brian. Ia menambahkan bahwa dalam berbisnis, pelaku bisnis dapat memilih salah satu jalan yakni antara menciptakan pasar ataupun mengikuti pasar yang sudah ada.
Brian juga memaparkan pengalamannya yang terkadang dalam berbisnis harus mengorbankan beberapa hal seperti perkuliahan. Namun ia menekankan bahwa mahasiswa memang akan dihadapkan pada pilihan, untuk menjadi seorang akademisi atau wirausahawan, dan mahasiswa harus dapat memilih tujuannya dan konsisten atas pilihan yang diambil. “Yang terpenting dalam usaha adalah konsisten atau istiqomah. Jatuh bangun itu sudah pasti ada dalam berwirausaha, namun yang terpenting adalah seberapa konsisten kita menjalaninya,” tutup alumni Ilmu Ekonomi UMY tersebut. (Deansa)