Trend bisnis di kalangan anak muda kini sudah semakin menjamur, khususnya di kalangan mahasiswa. Tentu saja untuk memulai berbisnis harus dibarengi dengan ilmu pengetahuan tentang bisnis yang baik agar bisnis yang dibangun nanti tidak mengalami kendala di tengah jalan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melalui acara yang diselenggarakan oleh Student Entrepreneurship and Business Incubator (SEBI) UMY berupaya untuk mengembangkan pengetahuan bisnis mahasiswa dengan workshop bertema Peningkatan Value Produk pada Jum’at (26/07) di Ruang Sidang Gedung AR Fakhrudin B lantai 5.
Dukungan penuh langsung diberikan oleh Taufik Akhbar, SE., MBA. selaku kepala SEBI UMY dalam sambutannya, beliau mengungkapkan bahwa tujuan diselenggarakannya pelatihan peningkatan value produk ini adalah agar mahasiswa mampu membuat sebuah produk sesuai dengan apa yang dibutuhkan pasar, sehingga mereka tidak asal membuat produk tanpa pertimbangan yang matang. “Produk yang mereka buat harapannya juga tidak hanya bagus tetapi berbeda dengan produk yang sudah ada di pasar. Karena itu sebenarnya tujuan diselenggarakan pelatihan ini agar mereka mempunyai nilai value yang berbeda dalam produk yang mereka buat,“ ungkapnya.
“Untuk memulai sebuah bisnis juga tidaklah susah bagi pemula asal tahu ilmunya, maka dari itu pada kesempatan pelatihan kali ini kami latih mahasiswa untuk praktik langsung membuat sebuah ide bisnis bersama teman kelompoknya. Bersama anggota kelompoknya juga mereka akan berlatih berdiskusi dan memecahkan masalah ketika berbeda pendapat dengan rekan kerjanya,“ imbuhnya.
Muhammad Miftahun Nadzir BABA, MBA selaku pembicara utama yang juga menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Bisnis menyampaikan bahwa dunia bisnis yang dijalani oleh seseorang harus berkelanjutan dan tahan lama. Orientasi awal yang harus ditekankan oleh pelaku bisnis adalah perkembangan jangka panjang sebuah bisnis, bukan uang. “Jika orientasi utamanya uang pasti jika omsetnya sedikit akan mudah menyerah, akhirnya bisnis tidak jalan lagi. Kebanyakan pelaku bisnis yang gagal adalah mereka yang menghabiskan modal mereka di awal. Mereka tidak memikirkan jangka panjang untuk membuka cabang bisnisnya atau untuk keperluan lain,“ tegasnya.
“Satu hal lagi yang paling penting dalam sebuah bisnis, seorang pelaku bisnis tidak boleh malas untuk survei pasar, karena disitulah kalian akan menemukan keadaan nyata sebuah pasar dan kondisi customer. Hal ini tidak akan ditemui jika tidak survei lapangan secara langsung,“ tutup Nadzir. (ads)