Berita

Sektor Pertanian Harus Ditangani Serius

Sektor pertanian jika ditangani dengan cara yang benar, sebetulnya mempunyai prospek yang bagus. Akan tetapi permasalahannya terletak pada pergantian kebijakan yang berbeda, yang kemudian menyebabkan capaian target tidak maksimal. Karena itu, sektor pertanian sudah seharusnya ditangani dengan lebih serius.

Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Edhi Martono, M.Sc selaku ahli Ilmu Hama Tanaman Universitas Gadjah Mada (UGM), dalam “International Tropical Farming Summer School (ITFSS) #3” pada Kamis (22/3) di Gedung Pascasarjana UMY. Kegiatan yang sudah ketiga kalinya dilaksanakan oleh Fakultas Pertanian UMY ini diikuti oleh mahasiswa yang berasal dari Taiwan, Thailand, Tiongkok, dan Indonesia. Dan akan digelar hingga Senin (26/3).

“Seharusnya kita konsisten terhadap kesejahteraan petani dan target yang akan dicapai. Kemudian apapun kebijakan yang diambil oleh pemerintahan baik di Indonesia dan luar negeri harus sesuai pertimbangan para ahli, akademisi, cendikiawan, dan para ilmuwan. Sehingga betul-betul bisa mengakomodasi masalah-masalah yang muncul pada sektor pertanian dan tujuan akhirnya fokus terhadap peningkatan kualitas petani. Untuk itu kebijakan-kebijakan itu harus berpihak terhadap petani bukan malah semakin membuat sektor pertanian dan petani terpuruk,” jelas Edhi.

Edhi juga menyampaikan bahwa saat ini pertanian sudah harus ditangani secara serius, terutama permasalahan alih fungsi lahan. Lahan yang seharusnya subur jangan diberikan ke pengembang yang kemudian dijadikan sebagai komplek, industri, dan mall. “Contoh saja di Yogya, daerah Bantul secara tegas menerapkan bahwa daerah pertanian tidak boleh dijadikan alih fungsi lahan. Kemudian suatu negara perlu hati-hati juga dalam memutuskan kebijakan impor pangan karena hal ini akan berdampak terhadap pertanian lokal. Kebijakan impor ini seharusnya digarap secara bersama-sama dan kordinatif. Pemerintah harus matang dalam pengambilan keputusan tidak ambisius dan mempertimbangkan semua indikator,” ujar Edhi.

Lebih Lanjut Edhi menambahkan pengelolaan pertanian Indonesia dan luar negeri sudah bisa diselaraskan, namun ada beberapa jenis buah yang hanya dimiliki Indonesia seperti salak dan negara lain tidak punya. “Jika kita bisa menekan produk lokal dengan kualitas standar yang bagus, maka produk buah dari Indonesia bisa bersaing dengan produk-produk buah luar negeri. Karena itulah, jika kita serius mendidik petani, kemudian mereka menghasilkan produk pertanian yang eksotik, unik dan khas itu bisa menjadi nilai lebih. Orang-orang akan menghargai karena hasilnya berkualitas dan yang paling penting adalah menentukan produsen dan target pasar. Untuk itu dengan adanya acara ini para mahasiswa semakin bisa menekuni bidang pertanian karena sangat banyak potensi dan kesempatan untuk terus dikembangkan secara luas,” tutur Edhi.

Hal senada disampaikan Dr. Innaka Ageng Rineksane, S.P., M.P. selaku ketua panitia. “Selain acara seminar har ini, kami juga akan melaksanakan Focus Group Discussion (FGD), trip ke Gunung Merapi, ke pertanian lahan pasir pantai, pertanian organik, kemudian akan mengenalkan pengembangan pertanian terpadu. Harapan kami adalah mahasiswa semakin membuka wawasan secara global tentang pertanian, dan kami juga ingin memperkenalkan terhadap mahasiswa asing bahwa Indonesia itu kaya akan sumber daya alam,” imbuhnya. (Sumali)