Berita

Semangat Menulis Tinggi, Perlu Trik Khusus Agar Dimuat Media

Semangat menulis di kalangan civitas akademika kampus baik dosen maupun mahasiswa terbilang masih cukup tinggi. Di masa cyber atau era 2.0 seperti sekarang ini, setiap orang dapat dengan bebas mengunggah tulisannya ke dalam blog dan Facebook agar dapat dibaca oleh banyak orang. Hal itu memberi sinyal positif bahwa minat menulis, terutama menulis di media massa bisa mulai ditumbuhkan. Bagaimana pun juga menulis, terutama menulis di media massa, menunjukkan kompetensi seseorang terutama bagi mahasiswa dan dosen selaku kaum intelektual muda.

 

Hal tersebut dipaparkan oleh Fajar Junaedi, S.sos, M.Si, Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (IK UMY) yang juga sedang menulis buku berjudul “Bonek: The First and The Biggest“, setelah menyampaikan materi di acara “Seminar Creative Writing“, Rabu (5/10) di Mini Theater, Pusat Pelatihan Bahasa UMY.

Fajar menambahkan, kegiatan menulis bukan semata-mata menulis. Menurutnya, menulis berarti melogikakan ide, merasionalisasi, memaparkan thesis dan antithesis, sehingga mampu memberikan sumbangsih ilmunya kepada masyarakat. ”Dengan menulis di media, kita bisa ikut melakukan perubahan sosial di masyarakat”, ungkap Dosen Broadcasting yang mengaku hampir puluhan kali beritanya gagal tayang di media.

Masih menurutnya, masyarakat Indonesia mengalami era media yang meloncat. “Kalau di negara barat, masyarakatnya mengalami era yang bertahap yakni era oral, cetak, elektronik. Berbeda dengan negara barat, Indonesia mengalami era oral dan langsung meloncat ke era elektronik. Melek huruf belum tinggi, tapi sudah melek televisi, padahal TV membuat orang menjadi pasif”, ujarnya penuh semangat.

Sementara itu, pembicara lain yang dihadirkan dalam seminar yaitu Filosa Gita Sukmono, S.Ikom lebih banyak memberikan motivasi untuk menulis. “Menulis itu bukan bakat. Menulis adalah pembelajaran, saat tulisan kita ditolak media, segera perbaiki dan kirimkan lagi. Belajarlah dari filosofi mendaki gunung, belajar sedikit demi sedikit dan punya daya juang,” ungkapnya.

Dalam seminar tersebut, Filosa juga memberikan berbagai tips agar sebuah tulisan layak dimuat di media. Menurutnya, untuk menghasilkan tulisan yang layak tayang di media, seorang penulis harus memperhatikan gaya bahasa media, ideologi media, dan model bahasa yang digunakan.

Sementara koordiantor acara Miftahul Arzak menjelaskan kegiatan ini bertujuan membagi ilmu tentang menulis di media dengan menghadirkan pembicara yang berkompeten di bidangnya. “Kebanyakan mahasiswa suka menulis, tapi belum mengetahui tips-tips menulis agar tulisannya dapat dimuat di media khususnya media massa. Dengan seminar menulis ini, semoga ke depannya tulisan yang dihasilkan teman-teman akan layak tayang di media,” terang Mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2009 yang pada seminar ini juga mempromosikan buku hasil karyanya sendiri, “Koloni Lebah Dari Dua Pulau”.