Berita

Sembuhkan Pecandu NAPZA Dengan Kasih Sayang Sembuhkan Pecandu NAPZA Dengan Kasih Sayang

Mendidik dengan kasih sayang atau rahmah terhadap para pelaku kenakalan remaja yang penekanannya pada pecandu NAPZA merupakan hal yang tepat. Karena para pecandu NAPZA memiliki kebiasaan-kebiasaan yang sulit dipahami manusia sehat sebab para pecandu sulit diajak bicara, sulit diajak bersosialisasi, mudah tersinggung, suka melawan orang tua, saudara atau guru.

Salah satu lembaga pendidikan Islam yang concern terhadap penyembuhan kenakalan remaja pecandu NAPZA dengan pendekatan kasih sayang (rahmah) adalah Inabah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Hal inilah yang menjadi dasar bagi Azam Syukur Rahmatullah dalam menyusun penelitian disertasi Penanganan Kenakalan Remaja Pecandu NAPZA Dengan Berbasis Kasih Sayang.

Subyek penelitian Azzam adalah para abibah (sebutan untuk anak bina) yang rata-rata adalah korban pecandu NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat-zat Adiktif) serta kenakalan remaja. Menurutnya, pelaku kenakalan remaja, terutama pengkonsumsi NAPZA, tidak bisa ditangani dengan kekerasan. Hal ini dikarenakan mereka sebenarnya merupakan kaum yang tidak berdaya untuk bangkit dari kesembuhan, sehingga membutuhkan perjuangan ekstra keras. “Selain itu juga, dibutuhkan pendidikan yang memanusiakan dan sentuhan cinta kasih, yang pada tujuan akhirnya ialah “kesembuhan” dapat diraih,” paparnya.

Hasil yang didapat dari penelitian ini, lanjut Azzam, menunjukkan bahwa, penanganan dalam penyembuhan korban pecandu NAPZA, terbagi dalam tiga tahap yaitu, pra penyembuhan, penyembuhan, dan pasca penyembuhan. “Tahap pra penyembuhan adalah tahap pengidentifikasian atas penyakit mental calon anak bina. Tahap penyembuhan merupakan tahap penerapan metode ibadah Tarekat Qadiriyyah Naqsabandiyyah dengan menggunakan pendekatan kasih sayang. Sedangkan tahap pasca penyembuhan yakni tahap evaluasi, monitoring dan pengawasan kepada anak bina yang sudah dinyatakan sembuh mental, spiritual dan fisikal,” jelasnya.

Selain itu ditemukan pula bahwa, pendidikan kasih sayang yang diterapkan pada korban NAPZA dan kenakalan remaja di Pondok Remaja Inabah XV, memiliki peran yang sangat besar dalam kesembuhan para anak bina. “Wujud kasih sayang yang dilakukan diantaranya, pendekatan ber-esensikan persahabatan, dorongan positif yang membangun, memberi rasa aman dan nyaman, perhatian yang manusiawi, rasa humor yang tinggi, serta kehangatan dalam bersikap,” ungkap dosen Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Kebumen ini.

Disertasi Azzam ini telah dipertahankan pada sidang Promosi Doktor Psikologi Pendidikan Islam, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu (23/2). Hadir sebagai tim penguji Dr. ir. Gunawan Budiyanto, M.P selaku ketua, Dr. Imamuddin Yuliadi selaku sekretaris, dan anggotanya Prof. Dr. Usman Abu Bakar, M.A, Dr. M. Anis., M.A, Prof. Dr. Hj. Alef Theria Wasim, M.A, Drs. Subandi.,M.A.,Ph.D, serta Dr. Hamim Ilyas, M.A.

Di akhir sidang, promovendus yang juga motivator dan trainer ini dinyatakan sebagai lulusan termuda Program Doktor Psikologi Pendidikan Islam, Program Pascasarjana UMY. Diusianya yang baru menginjak 31 tahun, ia telah dinyatakan lulus dengan predikat memuaskan dengan Indeks Prestasi 3,50.IMG_0043Mendidik dengan kasih sayang atau rahmah terhadap para pelaku kenakalan remaja yang penekanannya pada pecandu NAPZA merupakan hal yang tepat. Karena para pecandu NAPZA memiliki kebiasaan-kebiasaan yang sulit dipahami manusia sehat sebab para pecandu sulit diajak bicara, sulit diajak bersosialisasi, mudah tersinggung, suka melawan orang tua, saudara atau guru.

Salah satu lembaga pendidikan Islam yang concern terhadap penyembuhan kenakalan remaja pecandu NAPZA dengan pendekatan kasih sayang (rahmah) adalah Inabah Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Hal inilah yang menjadi dasar bagi Azam Syukur Rahmatullah dalam menyusun penelitian disertasi Penanganan Kenakalan Remaja Pecandu NAPZA Dengan Berbasis Kasih Sayang.

Subyek penelitian Azzam adalah para abibah (sebutan untuk anak bina) yang rata-rata adalah korban pecandu NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat-zat Adiktif) serta kenakalan remaja. Menurutnya, pelaku kenakalan remaja, terutama pengkonsumsi NAPZA, tidak bisa ditangani dengan kekerasan. Hal ini dikarenakan mereka sebenarnya merupakan kaum yang tidak berdaya untuk bangkit dari kesembuhan, sehingga membutuhkan perjuangan ekstra keras. “Selain itu juga, dibutuhkan pendidikan yang memanusiakan dan sentuhan cinta kasih, yang pada tujuan akhirnya ialah “kesembuhan” dapat diraih,” paparnya.

Hasil yang didapat dari penelitian ini, lanjut Azzam, menunjukkan bahwa, penanganan dalam penyembuhan korban pecandu NAPZA, terbagi dalam tiga tahap yaitu, pra penyembuhan, penyembuhan, dan pasca penyembuhan. “Tahap pra penyembuhan adalah tahap pengidentifikasian atas penyakit mental calon anak bina. Tahap penyembuhan merupakan tahap penerapan metode ibadah Tarekat Qadiriyyah Naqsabandiyyah dengan menggunakan pendekatan kasih sayang. Sedangkan tahap pasca penyembuhan yakni tahap evaluasi, monitoring dan pengawasan kepada anak bina yang sudah dinyatakan sembuh mental, spiritual dan fisikal,” jelasnya.

Selain itu ditemukan pula bahwa, pendidikan kasih sayang yang diterapkan pada korban NAPZA dan kenakalan remaja di Pondok Remaja Inabah XV, memiliki peran yang sangat besar dalam kesembuhan para anak bina. “Wujud kasih sayang yang dilakukan diantaranya, pendekatan ber-esensikan persahabatan, dorongan positif yang membangun, memberi rasa aman dan nyaman, perhatian yang manusiawi, rasa humor yang tinggi, serta kehangatan dalam bersikap,” ungkap dosen Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Kebumen ini.

Disertasi Azzam ini telah dipertahankan pada sidang Promosi Doktor Psikologi Pendidikan Islam, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu (23/2). Hadir sebagai tim penguji Dr. ir. Gunawan Budiyanto, M.P selaku ketua, Dr. Imamuddin Yuliadi selaku sekretaris, dan anggotanya Prof. Dr. Usman Abu Bakar, M.A, Dr. M. Anis., M.A, Prof. Dr. Hj. Alef Theria Wasim, M.A, Drs. Subandi.,M.A.,Ph.D, serta Dr. Hamim Ilyas, M.A.

Di akhir sidang, promovendus yang juga motivator dan trainer ini dinyatakan sebagai lulusan termuda Program Doktor Psikologi Pendidikan Islam, Program Pascasarjana UMY. Diusianya yang baru menginjak 31 tahun, ia telah dinyatakan lulus dengan predikat memuaskan dengan Indeks Prestasi 3,50.