Presiden yang terpilih pada Pemilu 2014 diharapkan mampu menunjukkan karakter kekuatan politik Indonesia di mata internasional. Sebab pasca sepeninggalan Presiden Soeharto, Indonesia dan ASEAN kehilangan sosok pemimpin yang disegani negara lain. Terlebih Indonesia merupakan negara kunci di Asia Tenggara, sehingga pemimpinnya harus mampu memperlihatkan peran penting Indonesia dalam politik internasional.
Demikian disampaikan oleh Prof. Bilver Singh, pakar politik Internasional National University Singapore pada kuliah umum di UMY pada Sabtu (17/5). Ia menuturkan, beberapa tahun belakangan ini Indonesia sering mengalami sengketa wilayah terkait klaim batas teritorial dengan negara tetangga, Malaysia, yang tidak pernah terjadi pada zaman pemerintahan Presiden Soeharto.
Ia menilai negara-negara yang menjadi tetangga Indonesia terlanjur “takut” dengan sosok Presiden kedua Indonesia tersebut. Selain itu pemimpin Indonesia ke depannya juga harus mampu berperan besar dalam menyelesaikan sengketa Laut Cina Selatan. Ia mengatakan, setidaknya Indonesia harus mampu menyeret Cina ke meja perundingan dan mampu menjadi mediator dalam sengeketa itu.
“Dibutuhkan leader, dulu di zaman Presiden Soeharto mereka tidak berani main-main dengan Indonesia. Kita butuh kepemimpinan yang kuat untuk dapat berperan paling tidak menjadi mediator di masalah Laut Cina Selatan,” ungkap Bilver.
Dari dua nama kuat kandidat Calon Presiden yang ada saat ini yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto, ia menyebut nama Prabowo Subianto akan mampu berbicara banyak pada masalah-masalah itu. Prof Bilver yang berasal dari Singapura nyatanya juga harus mengakui bahwa Singapura dan negara jiran lainnya akan berpikir dua kali untuk bersengketa dengan Indonesia jika Indonesia berada di bawah mantan Danjen Kopassus tersebut. Sebab ia menilai background militer dari Prabowo memberikan image yang tegas untuk dapat menyatakan ketidaksukaannya terhadap sikap negara lain.
Di sisi lain ia juga tidak mengenyampingkan Joko Widodo, ia mengatakan sosok tersebut adalah sosok yang sangat populer karena Capres PDIP tersebut adalah sosok yang bersih di tengah carut marut marut permasalahan Indonesia saat ini. Oleh karena itu dengan adanya wacana menyandingkan Ryamizard Ryacudu sebagai wakil atau memasukkannya ke dalam kabinet Jokowi merupakan kebijakan yang tepat.
“Jokowi bukan tokoh militer yang kuat untuk menyelesaikan masalah-masalah seperti itu. Sedangkan image Prabowo lebih tegas dan akan lebih berani karena Jokowi belum diyakini mampu menyelesaikan karena memang belum ada pengalaman. Sehingga dibutuhkan sosok tegas seperti Ryamizard,” lanjutnya.
Lebih jauh ia menjelaskan, siapa pun yang terpilih pada Pilpres mendatang tidak akan memberikan perubahan yang gamblang pada kebijakan luar negeri Indonesia. Menurutnya sebuah kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh situasi sistem domestik maupun internasional yang ada. “Siapapun yang menjadi presiden tidak akan mempengaruhi secara gamblang, karena ada system, ada menteri, ada media, dan sekutu yang akan mempengaruhi,” tukasnya. (Fahmy)