Berita

Setelah Berhasil Menaklukan Puncak Tertinggi Eropa Mapala UMY Terima Penghargaan MURI

Berhasil menggapai puncak Mount Elbrus 5642 Mdpl diatas permukaan laut, selain itu Mapala UMY juga sukses mengkaji kehidupan muslim di daerah Terskol yang terletak di kaki Gunung Elbrus, Rusia. Dan mendokumentasikannya di dalam buku dan film dokumenter yang berjudul “Cabardino-Balkaria” yang baru saja diluncurkan Rabu malam (21.00 Wib), tidak hanya berhenti disini, Tim Elbrus Mapala UMY juga menerima Penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan kategori “Mengenakan Batik di Puncak Gunung Tertinggi” bersamaan dengan acara launching buku dan film dokumenter.

Mapala UMY berhasil memperkenalkan batik di dunia internasional dengan memperkenalkan kemeja batik asli Yogyakarta kepada penduduk Muslim Rusia, dan juga berhasil membawa batik kepada puncak Elbrus dengan mengenakannya saat pendakian.

“yang kami nilai Mapala UMY ini bisa mendapatkan MURI adalah usahanya dalam kontribusi mempertahankan dan memperkenalkan batik kepada dunia internasional, walaupun batik sudah diakui oleh UNESCO, tetapi perjuangan TIM Elbrus Mapala UMY yang sudah memperkenalkan batik kepada masyarakat Rusia, dan juga membawanya hingga ke puncak Elrbus, belum pernah ada yang melakukannya, dan ini merupakan hal pertama kali yang dilakukan oleh mapala UMY” ujar Paulus Pangka, Senior Manager Museum Rekor Indonesia.

Selain itu Paulus menambahkan, kebanggaan yang sangat besar ia rasakan dan juga rasa syukur sekaligus ucapan trimakasih kepada Tim Elbrus, yang sudah berkontribusi dalam melestarikan budaya bangsa ke dunia internasional, dan juga semangat pemuda dalam dunia olaharaga pendakian “saya sangat bangga dan juga sangat bersyukur sekali, dan ucapan terimakasih saya ucapakan sebesar-besarnya kepada tim Elbrus Mapala UMY, yang sudah ikut berkontribusi melestarikan budaya bangsa, selain itu juga saya bangga karena semangat posistif pemuda dalam dunia olahraga kependakian internasional seperti yang dilakukan oleh teman-teman Mapala UMY ini” ujarnya.

Berbeda dengan Paulus Pangka , Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Yogyakarta Gusti Prabukusumo dirinya mengungkapkan mempunyai rasa bangga bercampur dengan ragu-ragu, kahwatir yang sangat mendalam, karena menurut dirinya dalam pendakian ke puncak Elbrus oksigen sangat tipis sekali, dan pendaki harus tetap tenang dan pelan dalam melangkah untuk menjaga agar dirinya tetap sehat dan mampu mencapai puncak.

“tentunya saya sangat bangga sekali bisa menjadi sebagai pembina mereka, dan juga saya ragu-ragu bercampur khawatir yang sangat mendalam kepada mereka, karena disana itu, di puncak itu oksigen sangat tipis sekali, maka dari itu mereka harus pelan-pelan saat mendaki, harus tetap tenang agar bisa tetap sehat dan bisa sampai ke puncak” ujar Gusti sebagai pembina tim Elbrus.

Sedangkan manager dari TIM Ekspedisi Gunung Elbrus Soewarjono Lempo, menjelaskan, pihaknya menjadikan batik sebagai salah satu dari rangkaian misi karena, batik adalah identitas Yogyakarta dan Indonesia pada umumnya, dan juga khas Indonesia salah satunya adalah batik, dengan minus 43 derajat celcius, pihaknya tetap mengunakan batik pada pakaian bagian luar agar misinya terlaksana.

“misi kita adalah memperkenalkan batik dan mengenakannya hingga sampai kepuncak Elbrus, kenapa kita gunakan batik, karena batik ini adalah salah satu identitas Jogja dan Indonesia, jadi pada saat pendakian kita siasati pakai batik di bagian luar karena disana minus 43 derajat celcius, sangat dingin sekali, jadi yaa misinya adalah mengantarkan batik ke puncak eropa, hal ini adalah upaya melestarikan batik di dunia internasional” ujar Suwarjono yang juga anggota mapala umy ini.

Selain itu satu-satu wanita dalam tim Elbrus, Saigunsi Bonita Arini mengungkapkan, bahwa rasa haru dan pengalaman yang luar biasa dalam hidupnya adalah saat pendakian, menurutnya pengalaman pendakian pertama kali kepecinta alaman dan pendakian adalah saat dirinya ikut berlatih dan lolos sebagai peserta ekpedisi Elbrus di Rusia.

“saya sangat-sangat terharus sekali, dan ini adalah pengamanan yang sangat luar biasa dalam hidup saya, pengalaman pendakian, saya pertamakali bergabung di Mapala dan ini juga pertama kali saya mendaki gunung, yaitu saat saya latihan dan berhasil lolos untuk mendaki Elbrus di Rusia, saya tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi dalam hidup saya, walaupun saya sempat demam dan jari-jari saya sempat mengalami kebekuan saat pendakian, tapi saya cukup bersyukur bisa menyelesaikan misi ini” ujar mahasiswi Hubungan Internasional angkatan 2013 ini.