Potensi yang dimiliki oleh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) secara statistik tercatat sangat besar bagi negara dengan tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) yang terus bertumbuh. Data yang dirilis oleh ASEAN Investment Report pada tahun 2022 menyebutkan bahwa Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara di Asia Tenggara dengan jumlah UMKM yang tinggi, bahkan UMKM di Indonesia dapat berkontribusi terhadap 60% dari total PDB Indonesia di tahun tersebut.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melalui International Program for Islamic Economics and Finance (IPIEF) membahas prospek dari dampak yang secara luas dapat dihasilkan UMKM khususnya di Indonesia dan Malaysia dalam agenda Collaboration Visit dan International Guest Lecture pada Rabu (15/11) di gedung Pascasarjana UMY. Norazlan bin Hj. Anual, MM(IT)., BBA(HRM)., DES., DSS. selaku pembicara dan dosen dari Universiti Teknologi Mara (UITM) Malaysia menjelaskan krusialnya posisi UMKM di perekonomian Malaysia bagi generasi muda, termasuk dalam penyerapan tenaga kerja.
“Jika berbicara mengenai UMKM, banyak orang masih beranggapan jika bisnis yang berskala kecil tidak memberikan dampak dalam penyerapan tenaga kerja. Persepsi ini juga didukung dengan keinginan para lulusan universitas untuk bekerja di perusahaan yang lebih besar. Namun kenyataannya, UMKM memberikan lapangan pekerjaan bagi 60% lebih lulusan baru di Malaysia. Ini menjadi gambaran bahwa dengan lebih banyak lapangan pekerjaan maka akan menciptakan lebih banyak peluang, hingga berkontribusi terhadap 37.1% dari total PDB Malaysia,” jelas Norazlan.
Keterlibatan generasi muda dalam perekonomian di Malaysia pun dapat diukur melalui aktivitas kewirausahaan mereka, termasuk UMKM. Norazlan menambahkan jika terdapat 17.2% generasi muda dari seluruh aktivitas kewirausahaan di Malaysia pada tahun 2023. Ia berpendapat jika angka tersebut merupakan representasi dari motivasi dan semangat para generasi muda dalam memulai usaha.
Memiliki opini serupa, Dr. Abdullah M. Al-Ansi yang merupakan dosen IPIEF UMY pun menekankan signifikansi dari generasi muda melalui UMKM di bidang perekonomian. Ini juga didukung dengan antusiasme mereka, dimana 35.5% generasi muda Indonesia dan 22.9% generasi muda Malaysia berkeinginan untuk menjadi wirausahawan, berdasarkan data dari World Economic Forum.
“Jika kita melihat demografi di Indonesia, kepemilikan UMKM oleh generasi muda pun terbilang menjanjikan. Yaitu sekitar 37.71% merupakan generasi millenial, bahkan sudah ada yang merupakan generasi Z sebesar 1.62%,” ungkap dosen UMY asal Yaman ini lagi. Komposisi generasi muda yang cukup besar pun menjadi menguntungkan mengingat mereka lebih menguasai perkembangan teknologi. Dimana menurut Abdullah, penguasaan teknologi digital penting dalam melakukan marketing dan promosi dengan memanfaatkan internet of things.
Agenda Collaboration Visit dari UITM ke IPIEF UMY ini sekaligus menjadi kesempatan bertukar pikiran mengenai situasi kewirausahaan di Indonesia dan Malaysia. Norazlan berharap agar para mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMY dan UITM dapat memiliki mentalitas pebisnis, sehingga setelah lulus tidak berorientasi untuk mencari pekerjaan namun justru menciptakan lapangan pekerjaan yang menjadi peluang bagi masyarakat. (ID)