Media Sosial dan digital menjadi salah satu cara seseorang melakukan komunikasi dan tak jarang mereka menghabiskan waktunya untuk berinteraksi dengan orang lain di dunia maya. Digital Media tentu saja memiliki banyak keuntungan bagi mereka yang menggunakannya secara bijak, seperti contohnya untuk bisnis yang menghasilkan pundi-pundi uang dan melakukan interaksi dengan orang yang jauh sekalipun, untuk membuatnya seakan dekat.
Namun demikian, seperti halnya sebuah koin yang memiliki dua sisi, media sosial memiliki keuntungan juga kekurangan di sisi lainnya. Tak jarang pula media sosial sering menampilkan kontroversi, resiko dan konsekuensi bagi pengguna yang tidak menyadari tentang dampaknya. Sisi negatif yang sekarang ini menyelimuti dunia digital secara garis besarnya antara lain black campaign, hoaks, dan berita bohong (fake news).
Hal itu yang menjadi konsentrasi pembahasan dalam acara Simposium Internasional yang diselenggarakan oleh Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Gd. AR Fachruddin A Lt.5, Kampus Terpadu UMY pada Selasa (18/9). Acara ini merupakan wadah para Dosen IK UMY untuk memaparkan hasil penelitiannya mengenai topik seputar dampak buruk dari penggunaan media sosial, yang kemudian ditanggapi oleh beberapa dosen peneliti dari USM Penang-Malaysia [Dr. Hasrina Mustafa], University of Philippines [Dr. Rachel E.Khan], Chulalongkorn University Thailand [Dr. Smith Boonchutima] dan Lieden University Belanda [Dr. Bert Barendregt].
Dr. Yeni Rosilawati, S.IP., S.E., selaku ketua panitia Simposium Internasional mengungkapkan harapannya bahwa acara ini bisa bermanfaat untuk literasi Ilmu Komunikasi kedepannya. “Saya berharap Simposium Internasional ini akan menghasilkan banyak diskusi dan pengalaman yang berguna untuk pembelajaran media komunikasi, terutama dalam ruang lingkup media sosial.” ungkap Yeni dalam pembukaannya.
Sementara itu, rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. menilai acara simposium ini memiliki tiga hal besar yang bisa menjadi pemahaman tentang digital dan media sosial. “Menurut saya media sosial memiliki tiga hal pengertian yang pertama adalah bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lain melalui digital, pemahaman lebih mengenai alat yang bisa digunakan sebagai teknologi informasi dan yang terakhir budaya. Budaya dalam arti ini adalah sebagai pengontrol ketika seseorang sudah memahami fungsi digital dan media sosial,” paparnya.
Simposium Internasional sendiri dihadiri oleh beberapa dosen Ilmu Komunikasi dari seluruh Universitas di Indonesia dengan jumlah kurang lebih 70 orang. Salah satu topik pembahasan yang menarik adalah tentang hoaks, yang dewasa ini sangat masif terjadi di Indonesia. “Penyebaran hoaks saat ini bisa dilakukan melalui media online seperti whatsapp, facebook, instagram, twitter dan youtube. Dalam penelitian yang kami himpun menyimpulkan bahwa beberapa orang menggunakan media itu untuk menyebarkan hoaks untuk kampanye hitam dalam pemilihan Gubernur dan Presiden. Kemudian isu religius yang saat ini juga menjangkiti publik Indonesia sangat sulit untuk diredam,” ujar Dr. Muria Endah Sokowati, M.Si dalam panel sesi diskusi di Simposium Internasional.
Untuk mengetahui bahwa itu berita hoaks atau tidak, Muria menyarankan agar para penerima berita untuk melakukan pengecekan ulang. “Jika kita menerima kiriman berita tak jelas bisa dicek kembali sumbernya. Tanyakan ke teman yang ahli dengan masalah media sosial, kemudian mencari berita serupa di media lainnya, agar kita tidak terpengaruh dengan berita hoax,” paparnya. (Habibi)