Prof. Hj. Siti Baroroh Baried, lahir di Yogyakarta pada 23 Mei 1923, merupakan seorang tokoh ‘Aisyiyah yang menjadi pelopor dalam mendorong peran wanita dalam masyarakat. Dirinya merupakan akademisi juga aktivis yang telah memberikan banyak kontribusi terutama dalam mengembangkan wanita untuk jadi lebih maju. Untuk meneladani kiprah beliau Program Studi Politik Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam kegiatan rutin bulanannya mengadakan kegiatan dengan judul Seminar Kemuhammadiyahan dan Kebangsaan: Prof. Dra. Siti Baroroh Baried dan Gerakan Perempuan Berkemajuan. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Senin (30/4) di Ruang Sidang Direktur Pascasarjana gedung Kasman Singodimedjo.
Siti Hadiroh Ahmad, S.Pd., mantan Ketua Umum Pimpiman Pusat ‘Aisyiyah sekaligus keponakan dari Siti Baroroh Baried tersebut menyampaikan bahwa beliau adalah seorang wanita langka di kalangan Muhammadiyah saat itu. “Ia memiliki semboyan, ‘hidup saya adalah menuntut ilmu’ dan ini dibuktikannya dengan menjadi wanita pertama yang menjadi professor dan guru besar di Indonesia. Ia juga menjadi Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah selama 5 periode mulai tahun 1965 sampai dengan tahun 1985 atau selama 20 tahun menjadi nahkoda organisasi perempuan Muhammadiyah. Siti Baroroh adalah sosok yang memperkenalkan ‘Aisyiyah ke dunia internasional, ia mempelopori banyak kerjasama dengan organisasi internasional seperti UNICEF, The Asia Foundation, World Conference of Religion and Peace dan lainnya. Ia juga kerap memperkenalkan kerja ‘Aisyiyah di dunia akademik intenasional seperti dalam seminar di Harvard University, Amerika Serikat, ketika Siti Baroroh menyampaikan materi menganai “Aisyiyah and The Social Change Woman of The Indonesian,” ujarnya ketika membuka acara tersebut.
Hal tersebut juga dikuatkan oleh Dr. Trias Setiawati, M.Si, Kepala Pusat Studi Gender Universitas Islam Indonesia (UII) yang menyebutkan bahwa Siti Baroroh merupakan pribadi yang mengubah budaya peran wanita di masyarakat. “Siti Baroroh merupakan sosok yang menjadi landasan dari prinsip wanita berkemajuan yang digalakkan oleh ‘Aisyiyah. Ia menekankan pentingnya pendidikan dan membuka jalan bagi wanita Islam untuk memperkaya dirinya dengan pengetahuan. Melalui ‘Aisyiyah, Siti Baroroh melakukan banyak pemberdayaan kepada wanita, salah satunya dengan memberikan konsep keluarga sejahtera dengan mendorong ibu rumah tangga untuk memperkaya diri dengan kegiatan positif. Di masanya Siti Baroroh juga sering mengirimkan banyak wanita ‘Aisyiyah ke luar negeri untuk memperkaya pengetahuaannya,” ujar Trias.
“Di sini yang ingin saya tekankan adalah bagaimana Siti Baroroh menerapkan ilmu yang ia dapat yang diterapkannya dalam kesehariannya. Apa yang dilakukan oleh Siti Baroroh adalah sesuatu yang melampaui zamannya dan menjadi dasar untuk budaya yang akomadatif bagi kita saat ini. Saya ingin anda juga dapat melakukannya, dengan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat,” ujar Trias.
Ro’fah, MSW, Ph.D., dari pusat Studi dan Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga menyampaikan bahwa yang dilakukan Siti baroroh melalui ‘Aisyiyah adalah sebuah transformasi budaya bagi wanita Indonesia. “Yang ia lakukan menjadi bentuk modernisasi wanita Islam, ketika pada saat itu wanita tidak dipertimbangakan untuk menjadi entitas yang berkontribusi bagi perubahan dan perkembangan. Ini bisa dilihat bagaimana Siti Baroroh mengarahkan wanita unutk menjadi ibu dari masyarakat, yaitu dengan memperkaya diri dengan aktivitas yang dapat meningkatkan kapasitas diri mereka untuk menjalankan peran dan fungsi mereka sebagai penyelamat generasi muda,” ujarnya.
Ro’fah menyampaikan bahwa apa yang Siti Baroroh lakukan merupakan bentuk dari model wanita berkemajuan, dan ini merupakan hal yang luar biasa. “Ini karena hal tersebut ia lakukan dalam masa yang tidak seakomadatif sekarang, Siti Baroroh mebuka jalan bagi banyak wanita untuk mendapatkan kesempatan dalam berperan dalam banyak aspek di masyarakat. Ini yang selanjutnya menjadi tantangan bagi kita sebagai penerus dari semangatnya, yaitu mengimplemtasikan bagaimana kita dapat menjadi pelopor untuk mencerahkan kehidupan,” ujarnya.
caption : Pembicara seminar (dari kanan) Ro’fah, MSW, Ph.D., dari pusat Studi dan Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga, Siti Hadiroh Ahmad, S.Pd., mantan Ketua Umum Pimpiman Pusat ‘Aisyiyah, Dr. Trias Setiawati, M.Si, Kepala Pusat Studi Gender Universitas Islam Indonesia (UII), dan moderator Zuly Qadir dosen Ilmu Pemerintahan UMY. (raditia)