Muhammadiyah notabene memiliki jaringan yang luas salah satunya dari sektor pendidikan, dan jumlah kader yang tersebar di seluruh Indonesia. Merujuk hal tersebut, maka sudah saatnya Muhammadiyah memiliki roadmap yang jelas bagaimana menciptakan pengusaha-pengusaha muda berkualitas dan mampu bersaing.
Hal itu disampaikan Soetrisno Bachir, mantan Ketua Komite Ekonomi Industri Nasional 2015-2020, saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, di Gd. Pascasarjana Ruang Amphiteater Lt.4, Jumat (18/6). Tema yang diangkat adalah Entrepreneurial Leadership dan Inovasi Generasi Muda.
Soetrisno yang sekaligus menjadi politikus dari Partai Amanat Nasional (PAN), mengatakan Muhammadiyah sejatinya memiliki potensi besar untuk menjadi lokomotif perubahan, dengan memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas, dalam hal ini pengusaha. “Tapi harus ciptakan juga roadmap yang jelas, supaya melahirkan pengusaha muda berkualitas,” ungkapnya.
Dia menambahkan bahwa pengusaha itu lahir dari faktor keturunannya. Apakah dia terlahir dari keluarga yang memang pandai berbisnis atau tidak. Lalu dari faktor lingkungan serta pendidikan. “Muhammadiyah memiliki ketiga faktor itu, maka seharusnya jiwa berwirausaha sudah melekat. Tapi nyatanya masih kurang.”
Berbicara wirausaha selalu dikaitkan dengan takdir, terkadang orang menganggap ketidakberhasilannya dalam suatu usaha disebabkan oleh takdir Allah yang sudah ditentukan. Soetrisno menuturkan takdir itu sebenarnya bisa diubah dengan tiga cara. “Sesuai hadits, takdir kan bisa kita ubah oleh diri kita sendiri bagaimana kita berikhtiar. Kemudian bisa diubah dengan perilaku sadaqah, perbanyaklah itu maka rejeki akan terus mengalir. Yang terakhir dengan doa,” imbuhnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si., Wakil Rektor UMY Bidang Sumber Daya Manusia, menjelaskan pentingnya anak muda memiliki jiwa berwirausaha bagi kemajuan ekonomi bangsa. Apalagi kondisi yang terjadi saat ini, ekonomi lagi digebuk oleh Pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir.
“Sebenarnya Indonesia punya peluang untuk menjadi negara maju, dari sektor ekonominya. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2020, Republik Indonesia memiliki angka sumberdaya manusia yang produktif sebesar 70 persen.”
Itu artinya kita memiliki usia produktif yang bisa diarahkan pada pengembangan pertumbuhan ekonomi yang benar. “Namun pada kenyataannya dari 70 persen itu, hanya 3,5 persen yang memilih menjadi wirausaha. Angkanya masih sangat kecil jika dibandingkan dengan negara lain, padahal jumlah penduduk kita luar biasa banyak 200 jutaan,” sambung Nano.
Maka dari itu, Nano menyebut bonus demografi yang kita miliki seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menumbuh kembangkan ekonomi ke arah yang lebih baik. Tidak main-main, pertumbuhan ekonomi Indonesia anjlok 2,7 persen selama pandemi Covid-19. “Khususnya UMY, harus mendorong mahasiswa dan sivitas akademika mengembangkan jiwa entrepreneurship mereka. Ini peluang sekaligus tantangan berat,” tukasnya. (Hbb)