Isu lingkungan dan perubahan iklim merupakan salah satu isu penting yang kerap kali dibahas di level nasional dan internasional. Isu tersebut sering juga dikaitkan dengan naiknya jumlah sampah plastik di dunia. Masyarakat dunia pun berlomba-lomba untuk mengkampanyekan pengurangan sampah plastik demi menanggulangi masalah tersebut.
Berangkat dari permasalahan itu KKN 70 UMY memiliki program ‘Shodaqoh Sampah’ yang mereka terapkan di Dusun Gerso, Desa Trimurti, Kecamatan Serandaan, Kabupaten Bantul, DIY. Program itu bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah rumah tangga dengan cara menyedekahkan sampah daur ulang yang ada di rumah-rumah warga kepada pihak pengelola. Nantinya sampah akan diganti dengan uang dan dimasukkan ke dalan kas warga untuk membantu masyarakat kurang mampu.
KKN 70 UMY yang didampingi oleh Dr. Nanik Prasetyoningsih sebagai Dosen Pembimbing lapangan dan Arie Kusuma Paksi, Ph.D sebagai ketua program, kemudian melaksanakan kunjungan ke Shodaqoh Sampah yang berada di wilayah Brajan untuk mendukung program KKN 70 UMY tersebut. Dalam kunjungan yang dilaksanakan pada hari Minggu (17/2) 2019 di Masjid Al-Muharram, terdapat penjelasan singkat tentang sejarah Shodaqoh Sampah di Brajan dan pelatihan pengelolaan Shodaqoh Sampah, yang dihadiri oleh tokoh masyarakat setempat, pengurus Shodaqoh Sampah, Kelompok KKN 70 UMY, serta warga Dusun Gerso.
La Ode Idul Fikri, ketua KKN 70 mengatakan pelaksanaan program Shodaqoh Sampah ini memang mengacu pada tema kelompok KKN mereka yakni Optimalisasi Kesehatan Lingkungan. “Lingkungan tempat KKN kami sangat cocok untuk menerapkan program ini, mengingat sampah merupakan permasalahan yang cukup penting di sana. Selain itu kami juga ada beberapa program penunjang seperti workshop dan pelatihan pengelolaan sampah kreatif, pemahaman nilai-nilai kebersihan lingkungan, serta penyuluhan ekonomi sampah,” ungkapnya dilansir dari laman website HI UMY.
Sementara itu pengurus Shodaqoh Sampah Brajan, Dita Setiawan mengungkapkan ada beberapa kendala yang kerap dialami ketika mencoba menerapkan program tersebut ke tengah masyarakat. “Keterbatasan kendaraan untuk mengangkut sampah, serta kegiatan-kegiatan masyarakat sekitar yang memiliki waktu bersamaan dengan jadwal pemilahan sampah. Sehingga pengurus harus membagi waktu untuk kegiatan masyarakat dan shodaqoh sampah.”
Namun demikian ada harapan besar dari Dita dengan adanya Shodaqoh Sampah yang terdapat di dusunnya, Brajan. “Saya berharap program Shodaqoh Sampah yang ada di Brajan ini menjadi lebih maju, bisa meningkatkan nama baik Brajan, dan yang terpenting dapat meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar tentang pengelolaan sampah.”
Arie Kusuma Paksi, Ph.D ketua program dan Dosen HI UMY juga memiliki harapan program Shodaqoh Sampah ini tidak hanya dilakukan di satu tempat saja. “Semoga program Shodaqoh Sampah ini bisa dikembangkan di tempat lain. Selain itu, peran dosen dan mahasiswa sangat penting untuk memfasilitasi program seperti itu di masyarakat. UMY sendiri bisa menjadi aktor penting dalam menyelesaikan isu-isu lingkungan yang ada,” pungkasnya. (Habibi)