Teknologi kedokteran gigi di dunia mengalami perkembangan yang demikian cepat sehingga menuntut para ahli di Indonesia untuk mengikuti setiap perkembangan. Salah satunya adalah perkembangan teknologi Gigi Implan atau gigi tanam. Metode ini dinilai cukup efektif dalam mengatasi berbagai permasalahan konvensional yang ada di dunia kedokteran gigi. Namun, kurangnya sosialisasi dan informasi di Indonesia membuat metode ini jarang digunakan masyarakat.
Hal ini mendorong Program Studi Kedokterean Gigi Universitas Muhammadiyah Yogykarta (KG UMY) mendatangkan Ahli Implantologi Kedokteran Gigi asal Jerman, dr. dent. Jens Schaefer untuk mengisi Workshop of Implant pada Dental School UMY, Kamis (8/12) di Convention Hall Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Asri Medical Center (RSGMP AMC) UMY. Selain Itu, KG UMY juga mendatangkan drg. Masykur Rahmat,Sp. BM, salah satu ahli bedah mulut di Yogyakarta. Kegiatan ini dihadiri lebih dari 100 mahasiswa dan dokter gigi baik dari dalam maupun luar kota Yogyakarta.
Menurut Ketua Panitia, M. Kamal Musadad, Gigi Implan sebenarnya merupakan salah satu metode yang sering di gunakan di negara-negara maju. Namun di Indonesia, permasalahan biaya menjadi masalah utama. Selain itu, metode ini memang hanya dapat dilakukan oleh dokter gigi yang memiliki kompetensi lanjutan. “Perlu pembelajaran ekstra untuk melakukan penanaman gigi implan. Maka dari itu kita berinisiatif untuk mengadakan kegiatan ini agar pengetahuan tidak hanya dimiliki secara mendasar melainkan hingga teknik-teknik implan terkini,” terangnya.
Kamal menjelaskan, Gigi Implan merupakan salah satu metode terkini gigi palsu untuk menggantikan gigi yang hilang menggantikan. Gigi implan ditanam secara permanen di dalam tulang rahang. Gigi Implan biasanya terbuat dari titanium yang berfungsi menggantikan akar gigi. Gigi yang akan ditanam ini akan memiliki bentuk dan fungsi yang kualitasnya mendekati gigi asli.
Gigi Implan, menurut Kamal, saat ini memang menjadi metode yang paling berhasil ditemukan di dunia kedokteran gigi. Metode ini menghasilkan gigi yang paling berkualitas melebihi metode-metode yang lain. “Selama ini yang umum digunakan masyarakat adalah gigi tulang lepasan, gigi tulang lengkap, dan gigi tulang cekat. Metode-metode ini jauh di bawah gigi Implan yang permanen sehingga tidak perlu melakukan pelepasan dan pembersihan gigi secara berkala. Perbedaan gigi implan hanya berupa tidak adanya gerakan individual yang dimiliki oleh gigi asli,” jelasnya.
Sementara Ketua Program Studi KG UMY, drg. Hastoro Pintadi Sp. Prost menjelaskan, selain mahal, proses pembuatan gigi implan ini menang membutuhkan waktu lama sehingga masyarakat jarang untuk memilih metode ini. “Padahal, implan gigi cukup efektif dan akan membuat pasien merasa puas. RSGMP AMC UMY pun sejak tahun ini sudah mampu melakukan metode ini sebagai pilihan kepada masyarakat sebagai tanggung jawab profesional dokter gigi”
Hastoro juga menjelaskan kegiatan seperti ini mamang dilakukan secara rutin Dentist School UMY. Selain mengembangkan wawasan keilmuan kegitan ini juga berupaya fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh kalangan akademis maupun praktisi. “Perkembangan kedokteran gigi dunia sangat cepat sekali dan akan selalu memunculkan hal-hal baru dengan tujuan meningkatkan kualtias hidup”, tandasnya.