Tantangan yang dihadapi oleh dunia saat ini masih belum terlepas dari isu keberlanjutan, dan terus digalakkan di berbagai sektor yang berpengaruh besar seperti ekonomi dan lingkungan. Stabilitas dari keberlanjutan dua sektor ini memiliki andil besar untuk menuju target pembangunan berkelanjutan yang berlaku di seluruh dunia, yaitu Sustainable Development Goals (SDGs) dan menjadi isu utama yang dibahas dalam salah satu progam Summer School Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Bertajuk International Training for Young Islamic Economics Leaders (ITYIELds), Summer School yang digelar sejak awal Maret hingga Rabu (10/7) ini menitikberatkan terwujudnya SDGs yang berdasarkan usistem ekonomi dan keuangan, namun secara signifikan dapat mengurangi resiko kerusakan lingkungan. Dikenal sebagai Green Economy, dimana Prof. Dr. Endah Saptutyningsih, M.Si. selaku salah satu dosen pengajar dalam ITYIELds menegaskan bahwa sistem ini bersifat efisien dalam memanfaatkan sumber data serta inklusif dalam penerapan di masyarakat.
“Pertumbuhan Green Economy atau Ekonomi Hijau tidak hanya berfokus kepada tingkat pertumbuhan ekonomi nasional, namun juga kualitas dari pertumbuhan tersebut. Kualitas tersebut yang menjadi tolok ukur atas manfaat dari ekonomi, sosial dan lingkungan yang dapat meningkatkan taraf hidup seluruh lapisan masyarakat,” ujar Endah dalam sesi seminar internasional di hari terakhir.
Penerapan Ekonomi Hijau di Indonesia bertujuan kepada beberapa fokus utama, yang seluruhnya untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya dan energi. Endah mengungkapkan bahwa Ekonomi Hijau wajib menggunakan infrastruktur dan aset yang dapat mereduksi penggunaan emisi karbon serta polusi, sekaligus mencegah rusaknya ekosistem dan keanekaragaman hayati dalam praktiknya.
Fokus dari sistem Ekonomi Hijau sangat beriringan dengan tujuan dari SDGs, dan ditekankan dalam agenda ITYIELds yang diselenggarakan oleh International Program for Islamic Economics and Finance (IPIEF) UMY. Turut menghadirkan Dr. Issam Ayyash selaku dosen tamu dari Palestine Technical University, Tepi Barat Palestina yang mengatakan bahwa dalam beberapa dekade terakhir terdapat pertumbuhan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Walau berdampak bagi proses pengembangan dunia, Issam menyebutkan bahwa terdapat pertambahan beban bagi sektor lingkungan yang dapat mengancam keberlanjutan hidup masyarakat dunia.
“Tantangan yang dihadapi dalam sektor ekonomi, lingkungan dan sosial dapat diatasi dengan memproduksi solusi yang dapat menggabungkan ketiga sektor tersebut menjadi proses pengambilan keputusan yang inklusif oleh pemerintah dunia. SDGs menjadi pondasi dari ide tersebut untuk mencapai masa depan yang berkelanjutan,” imbuh Issam.
ITYIELds menjadi forum bagi para mahasiswa untuk mempelajari keseimbangan antara sistem ekonomi yang berlandaskan keberlanjutan lingkungan dengan pemenuhan SDGs untuk kesejahteraan masyarakat. Dr. Dimas Bagus Wiranatakusuma, M.Ec. selaku Sekretaris Program IPIEF UMY menyampaikan bahwa melalui agenda ini, pihaknya ingin menyampaikan pesan bahwa SDGs memungkinkan untuk tercapai apabila ada kombinasi ideal antara sektor ekonomi, lingkungan dan perbankan.
“UMY percaya bahwa keberlanjutan itu berawal dari sebuah kondisi di mana telah terdapat keseimbangan di sana. Sementara keseimbangan dapat terjadi ketika sistem di dalamnya telah memiliki ketahanan atau resilience, dan tahapan itulah yang dapat memastikan sistem tersebut tidak akan mengalami krisis. ITYIELds diharapkan dapat memberikan informasi terkini atas apa yang sebenarnya terjadi dan langkah apa yang dapat diambil khususnya di sektor ekonomi terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan,” pungkas Dimas. (ID)