Salah satu tanaman yang disukai puteri-puteri Keraton zaman dulu adalah tanaman Kepel atau burahol (*Stelechocarpus burahol*). Akan tetapi, tanaman ini sekarang sudah mulai langka dan jarang ditanam orang. Untuk itulah tanaman Kepel ini harus diselamatkan agar tetap lestari hingga masa depan. Selain itu, dengan ditanamnya pohon Kepel ini juga akan membantu melestarikan hutan Indonesia.
Demikian disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kementerian Kehutanan (P2 SDMK) RI, Dr. Ir. Tachrir Fathoni, saat mewakili Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan dalam acara Talk show Kehutanan dan Penanaman Pohon, di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (23/3). Penanaman pohon di lahan selatan lapangan futsal UMY
ini juga dilakukan secara simbolis oleh Tachrir Fathoni, Rektor UMY Prof. Dr. Bambang Cipto, MA, Sekretaris P2 SDMK RI Drs. Trisnu Danisworo, Ketua Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PP Muhammadiyah Prof. Dr. Soesamto, dan Pimpinan Kwarda Ir. Murbani.
Tachrir juga menyampaikan bahwa menanam pohon dapat membantu kelestarian alam. Ia juga mengajak semua pihak untuk menjaga kelestarian alam, agar Indonesia kembali menjadi hijau dan terbebas dari bencana alam. “Kalau jutaan pemuda di Indonesia ini ikut menanam pohon, maka bisa dibayangkan Indonesia ini akan menjadi hijau dan perekonomian pun juga akan meningkat
dari hasil tanam tersebut.”
Senada dengan Tachrir, Rektor UMY Prof. Dr. Bambang Cipto, MA juga mengungkapkan bahwa alam itu memang haru dijaga dan tidak boleh dirusak. “Lingkungan itu penting, tapi kenapa banyak dirusak dengan didirikannya gedung-gedung beton. Akhirnya terjadi banjir, karena pohon-pohon dan tanaman banyak yang ditebang. Tanaman dan pepohonan itu sama-sama makhluk
Tuhan, jadi harus kita hormati. Karena mereka juga bagian dari kita,” ungkapnya.
Sementara itu, Ir. H. Gatot Supangkat M.P, Sekretaris MLH PP Muhammadiyah menjelaskan, tanaman Kepel selain sebagai tanaman khas Jogja dan memiliki khasiat sebagai obat, tanaman ini juga memiliki manfaat cukup besar bagi kehidupan. Tanaman Kepel tersebut memiliki dampak ekosistem yang sangat bagus, karena daun pohon Kepel mampu menyerap karbondioksida (CO2) yang
cukup banyak. “Akar dari pohon ini juga luas, sehingga makhluk hidup yang berada dibawahnya dapat tetap hidup dengan baik dan menerima manfaat dari akar pohon Kepel itu,” jelasnya.
Gatot juga menyampaikan bahwa penanam pohon itu bukan hanya bertujuan untuk penghijauan saja. Akan tetapi juga untuk membantu perbaikan ekosistem, agar kehidupan manusia di bumi tetap nyaman. Ia juga mengatakan setiap manusia yang hidup mengeluarkan CO2 sebanyak 4 ton per tahun. Padahal menurut anggota Pusat Studi Lingkungan dan Bencana UMY ini, 1 pohon yang besar
dengan daunnya yang rimbun, hanya mampu menyerap satu ton CO2 pertahun. “Dengan demikian, seharusnya perorang minimal menanam 4 pohon dalam setiap satu tahunnya. Karena dengan begitu, maka akan sejuk bumiku, nyaman hidupku, aman dan tentram masa depan anak cucuku,” pungkasnya.