Sejak 2023 lalu, terdengar kabar bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia (RI) berencana mendatangkan dokter asing ke Indonesia, sebagaimana yang tertuang dalam Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang kesehatan. Hal tersebut menuai banyak pro dan kontra di kalangan dokter Indonesia. Pasalnya, wacana tersebut dirasa akan mengancam posisi – posisi yang semestinya dapat diisi oleh dokter baru hasil lulusan Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Dr.dr. Sri Sundari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengatakan bahwa dokter baru UMY memiliki kewajiban untuk berkiprah dalam memajukan kualitas kesehatan di Indonesia. Untuk menunjang kualitas tersebut, terus melakukan pembaharuan ilmu dan mengembangkan skill menjadi keharusan yang perlu dilakukan secara konsisten. Dimana hal ini sebagai salah satu bentuk antisipasi apabila wacana tersebut benar-benar akan direalisasikan oleh pemerintah, sehingga dokter baru tetap bisa bersaing dengan dokter asing.
“Seperti yang kita ketahui bahwa Menteri Kesehatan sudah membuka peluang bagi dokter asing untuk masuk ke Indonesia. Oleh sebab itu, untuk melaksanakan profesi mulia ini seorang dokter harus menggunakan dua hal utama dalam bertindak yaitu rasio dan hati nurani secara beriringan. Sehingga dapat mendorong peningkatan kualitas kesehatan di Indonesia,” jelas Sri Sundari dalam acara Pelantikan dan Sumpah Dokter Periode LXXXII (82) di Ballroom UMY Student Dormitory, Rabu (13/11). Dalam acara tersebut sebanyak 22 dokter baru UMY angkatan 82 secara resmi dilantik dan mengucap sumpah dokter.
Dengan demikian, selama 31 tahun UMY telah meluluskan 4.098 dokter yang saat ini telah bekerja baik itu sebagai profesional, klinisi, dosen, birokrat, dan lain sebagainya.
Sri Sundari yang akrab disapa Ndari juga meyakini bahwa bertindak dengan rasio yang baik dan didasari oleh hati nurani dapat dipastikan bisa memberikan kebermanfaatan yang utuh bagi diri sendiri, masyarakat, dan bangsa Indonesia.
Sementara itu, Wakil Rektor bidang Sumber Daya Manusia, Prof. Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si. yang hadir mewakili Rektor dalam acara tersebut menyebutkan keberhasilan seorang dokter baru ditentukan dari hard skill dan soft skill . Hasil riset menunjukkan soft skill menjadi indikator keberhasilan utama dengan persentase sebanyak 80%, sedangkan 20% sisanya didukung oleh hard skill .
“Dalam riset, soft skill yang paling dibutuhkan adalah komunikasi. Dengan adanya komunikasi yang nyaman, baik, dan memotivasi menjadi penentu pertama dalam keberhasilan. Saya meyakini kemampuan hard skill dokter baru di sini pasti sudah ada di atas rata-rata, tetapi untuk komunikasi perlu terus ditingkatkan dan dipraktikkan dalam dunia nyata kedokteran,” tandasnya.
Nano pun berpesan agar dokter baru angkatan 82 dapat menjadi tenaga medis yang profesional, unggul, beretika, dan terpenting memiliki keunggulan dalam hal soft skill. Sebab, dokter menjadi salah satu profesi yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi di Indonesia bahkan dunia. (NF)