Menghadapi Asean Economic Community (AEC) 2015 Indonesia sudah mempersiapkan formulasi khusus dalam bidang pangan untuk mampu bersaing secara global di tingkat Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), peningkatan ini tidak serta merta terjadi secara otomatis jika tidak diawali dengan kualitas pertanian Indonesia, inilah yang menjadi tantangan pertanian Indonesia menghadapi AEC 2015.
Hal tersebut disampaikan oleh Dirjen Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Pertanian-Kementerian Pertanian (PPHP-Kementan) Dr. Ir. Gradjita Budi, M.Arg. St, dalam pemaparannya saat menjadi narasumber dalam acara Seminar Nasional “Pertanian Indonesia Menghadapi AEC 2015” yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Argoteknologi (HIMAGRI) Fakultas Pertanian (FP) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang juga dihadiri oleh Direktur Pusat Studi Perdagangan Dunia (PSPD) Universitas Gajah Mada (UGM) Prof. Dr. Ir. Masyhuri dan Wakil Retor I UMY Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP., bertempatan di Amphitheater FP UMY pada Senin (21/04)
Gradjita juga menyampaikan bahwa sektor pertanian merupakan tantangan Indonesia menyonsong AEC 2015, karena antar negara-negara ASEAN cross border semakin tipis, selain itu untuk kekhususan di sektor pertanian juga memiliki tantangan yang luar biasa, kualitas produk pertanian Indonesia harus mampu sesuai dengan standar-standar dengan negara ASEAN yang lain, “Nanti di saat AEC yang menjadi saingan bukan lagi tarif, akan tetapi adalah kualitas hasil pertanian, ini merupakan sebuah tantangan yang luar biasa bagi kita karena kualitas produk pertanian Indonesia masih di bawah kualitas negara lain di ASEAN, sehingga kualitas produk pertanian Indonesia harus mampu meningkat sesuai dengan standar-standar dengan negara yang tergabung di ASEAN” ujarnya doktor lulusan Australia ini.
Di lain pihak Prof. Dr. Ir. Masyhuri menjelaskan, berdasarkan data yang diperoleh oleh dirinya terhitung dari tahun 2011 hingga 2013, Indonesia mengalami ketidakseimbangan ekspor dan impor pangan, angka impor pangan secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor pangan kepada negara-negara ASEAN, maka dari hal itu dirinya mengungkapkan bahwa Indonesia harus hati-hati menghadapi AEC 2015 ini, akan tetapi dirinya juga berpendapat bahwa tidak menutup kemungkinan Indonesia akan menjadi pemenang dalam hal peningkatan ekspor dan impor, peningkatan perdagangan, dan juga peningkatan surplus perdangan yang berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi.
Berbeda dengan kedua pembicara, Wakil Rektor 1 UMY Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP menjelaskan bahwa permasalahan pangan masyarakat Indonesia hingga saat ini belum mendapatkan porsi yang cukup dari tugas pemerintah, sehingga jika tidak ingin menjadi penonton di AEC 2015, pemerintah harus mampu memberikan porsi yang lebih besar lagi terkait dengan permasalah pangan “Masalah pangan kita saat ini adalah karena masyarakat kita saat ini belum mendapatkan porsi yang cukup dari tugas pemerintah terkait dengan pangan, kalau tidak mau jadi penonton nanti, yaa pemerintah harus memberikan porsi yang lebih besar lagi untuk masalah pangan kita” ujarnya saat membuka acara. (Shidqi)