Mahathir Global Peace School ke-5 secara resmi dibuka pada Senin (28/11) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tema MGPS ke-5 yakni “Peace and Inter-Religious Dialogue in Worldwide Education,” dinilai merepresentasikan kondisi dunia saat ini.
Hal tersebut yang disampaikan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Prof. Bambang Cipto, M.A. dalam pembukaan MGPS 5 di Ruang Sidang Gedung AR Fakhruddin A lantai 5, Kampus Terpadu UMY. Dalam sambutannya, Prof. Bambang juga menyebutkan pentingnya perdamaian bagi dunia saat ini.
“Tema tentang inter-religious dialogue menjelaskan tentang permasalahan saat ini. Seperti permasalahan penindasan kaum Rohingya di Myanmar oleh militer dan kaum Budha di sana, dan seperti permasalahan genosida. Oleh karena itu harapannya para peserta MGPS 5 dapat saling bertukar fikiran tentang permasalahan antar agama ini, dan apa yang dapat kita lakukan untuk menciptakan perdamaian di masa depan,” terang Rektor.
Indira Prabasari selaku Ketua Pelaksana MGPS ke-5 juga menjelaskan bahwa hasil pemikiran peserta MGPS akan dibukukan. “MGPS ini merupakan yang terakhir, sehingga peserta MGPS yang sudah selesai mengikuti program akan menjadi alumni. Hasil pemikiran para alumni selama mengikuti program MGPS akan dituliskan dalam sebuah buku yang akan dipublikasikan pada 5 Desember mendatang. Dengan adanya buku ini, harapannya setiap alumni dapat menyebarluaskan gagasan tentang perdamaian ke beberapa negara dan juga ke institusi lainnya,” jelas Indira.
Selain itu, Indira juga berharap hasil pemikiran yang tumbuh dari MGPS juga dapat disebarluaskan melalui media sosial. Pasalnya, Indira menilai, kalangan muda saat ini banyak yang menggunakan social media sebagai salah satu bagian dari aktivitas sehari-hari.
Dalam sambutannya, Indira juga menjelaskan tentang asal mula terbentuknya MGPS dan tema-tema yang telah diangkat pada MGPS sebelumnya. “MGPS dimulai pada tahun 2013, pada saat itu PGPF melakukan pameran perdamaian di UMY. Lalu kami memiliki ide untuk lebih merealisasikan upaya perdamaian, dan akhirnya terbentuklah MGPS. MGPS pertama membahas tentang resolusi konflik dan bagaimana me-manage konflik. MGPS ke dua dan ketiga yang diselenggarakan pada 2014 membahas tentang inter-religious country dan juga isu migration and border. MGPS ke 4 pada tahun 2015 membahas tentang justice and prosperity,” jelas Indira.
Pada hari ini, para peserta MGPS diberikan penjelasan tentang agenda selama 10 hari selama berlangsungnya MGPS. Selain mengikuti sesi kelas, para peserta juga diminta untuk menulis paper untuk kemudian didiskusikan bersama. Di hari sebelumnya (Sabtu dan Minggu), para peserta sudah diajak ke Jombang dan Malang untuk melakukan diskusi dengan tokoh agama dari Pondok Pesantren Tebu Ireng. (deansa)