Berdasarkan data yang disajikan oleh Global Partners Consulting (GPC), sebuah perusahaan konsultan internasional yang berbasis di Singapura, pada tahun 2050 populasi warga di Jepang akan mencapai 100 juta jiwa dimana 40 persen dari jumlah tersebut diperkirakan adalah warga dengan umur 65 tahun ke atas. Hal tersebut nantinya akan menjadi masalah tersendiri bagi negara tersebut karena akan mengalami kekurangan tenaga kerja, baik berupa pekerja ataupun bakat yang spesifik. Apabila hal tersebut tidak ditangani secara baik maka ini bisa mengakibatkan lesunya ekonomi Jepang dan penurunan kualitas dari berbagai produk Jepang.
Sebagai upaya untuk mengatasi hal tersebut pemerintah Jepang berusaha untuk mendatangkan berbagai tenaga kerja berbakat yang berasal dari luar negeri. Saat ini Jepang memiliki 267,042 pekerja asing, sedangkan pemerintah Jepang menargetkan akan ada 300,000 pekerja asing pada tahun 2020. Sehubungan dengan hal tersebut, kunjungan yang dilakukan GPC ke Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bertujuan untuk melakukan penawaran kerjasama guna menempatkan lulusan dan alumni UMY yang berbakat untuk bekerja di berbagai sektor di Jepang. Kunjungan yang dilakukan pada hari Selasa siang (27/2) tersebut disambut oleh Lembaga Kerjasama UMY di ruangan Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Internasional.
Zenta Nishida selaku Direktur dari GPC menyebutkan ada banyak sektor yang bisa dimasuki oleh lulusan dan alumni berbakat dari UMY. “Ada banyak sektor-sektor yang dapat memanfaatkan tenaga kerja dari Indonesia, khususnya dalam bidang manajemen, bisnis, pemasaran, dan juga teknologi informasi. Selain dengan UMY, kami juga mengajukan kerjasama dengan 176 kampus Muhammadiyah lainnya di seluruh Indonesia,” ungkap Nishida.
Nishida menyampaikan ada 2 tawaran yang diajukan oleh GPC untuk UMY, yaitu pertama adalah pengembangan dan peningkatan potensi karir dan yang kedua adalah promosi dan pembangunan bahasa Jepang di Indonesia. “Kami akan mendorong lulusan dan alumni UMY yang berbakat dan berminat untuk mendapatkan kesempatan berkarir di Jepang. Apabila yang bersangkutan berhasil direkrut dan bekerja di Jepang, kami selanjutnya akan menyediakan fasilitas pembelajaran bahasa yang lebih lanjut beserta living support untuk bakat yang berasal dari Indonesia. Bahkan untuk menunjang ini pemerintah memberikan kemudahan visa kerja berupa durasi kerja tanpa batas waktu bagi individual yang berbakat dalam bidang caregiver dengan lisensi nasional (pekerja perawatan bersertifikat),” ujarnya.
“Sedangkan untuk pembangunan bahasa Jepang, kami melihat potensi dari pembelajaran bahasa asing sangat besar di Indonesia. Terlebih dengan adanya kesempatan kerja yang luas di negara Jepang dengan berbagai kemudahan yang disediakan pemerintah. Keadaan yang ada di Indonesia saat ini adalah banyak program edukasi bahasa Jepang yang diampu oleh pengajar yang kurang mumpuni. Melalui SKY Home, sebuah institusi edukasi bahasa Jepang, kami mengajukan program kerjasama untuk mengadakan program pengajaran Bahasa Jepang dengan pengajar yang sudah mengantongi sertifikat N1-N2 di UMY,” papar Nishida.
Nishida menyampaikan ini akan sangat berguna bagi pelajar UMY ataupun masyarakat luas yang ingin mengikuti NAT-TEST, tes kompetensi bahasa Jepang. “Ini juga dapat menjadi promosi untuk masyarakat luas mengenai luasnya koneksi dan interaksi UMY dengan dunia internasional,” tutup Nishida. (raditia)