Berita

Terpilihnya Jokowi Sebagai Capres 2014 Masih Kontroversial

downloadDipilihnya Jokowi sebagai kandidat calon Presiden 2014 oleh Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri, mengandung dua pandangan yang berbeda. Terpilihnya Jokowi pun dicatat sebagai sesuatu yang kontroversial. Sebab ada yang mendukungnya sebagai calon presiden, ada juga yang tidak.

Sekalipun Jokowi adalah kader PDI-P yang loyal dan punya kesetiaan tinggi, namun saat dirinya dipilih sebagai capres, pandangan masyarakat akan terbelah menjadi dua bagian. Pertama, di satu sisi ada orang yang melihatnya tidak masalah, karena untuk kepentingan yang lebih luas dan bangsa, Jokowi bisa menjadi capres. Sementara di sisi lain, ada yang memandangnya tidak etis, karena dapat dipastikan ia akan meninggalkan jabatan dan tugasnya untuk kedua kalinya. Inilah yang menjadi catatan kontroversial dari peristiwa ini.

Hal tersebut disampaikan pakar politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Tunjung Sulaksono, S.IP., M.Si. saat dihubungi pada Sabtu, (15/3). Menurutnya, adanya pandangan dari segi etis itu kemudian juga menjadikan gambaran, bahwa jika nantinya Jokowi terpilih hal itu akan menjadikannya tidak pantas. “Jokowi sudah menerima perintah dari Megawati untuk menjadi capres, dan itu berarti jabatan yang sekarang akan hilang. Ini juga menjadikan dia untuk kedua kalinya meninggalkan tugasnya saat ia masih resmi menjabat sebagai Gubernur dan Wali Kota,” ujarnya.

Namun, menurut dosen Ilmu Pemerintahan UMY ini lagi, dirinya juga tidak menampik bahwa Jokowi memang terlihat sebagai sosok yang paling bersinar diantara kandidat dan lawan politiknya yang lain. Hal ini dikarenakan, masyarakat juga sudah banyak mengetahui tentang celah dari kesalahan yang dimiliki oleh lawan politik Jokowi. “Jadi kalau dibandingkan dengan yang lain, Jokowi memang terlihat lebih bersinar. Ditambah lagi sosok pemimpin seperti Jokowi memang masih belum ditemui di negeri ini. Jadi adanya Jokowi, dan terpilihnya dirinya sebagai capres PDI-P seoalah menjadi momentum masyarakat untuk membayarkan kerinduannya akan sosok dan figur pemimpin yang diinginkan. Itulah kenapa, ada juga masyarakat yang mendukung penuh naiknya Jokowi sebagai presiden,” paparnya.

Di samping itu, Tunjung juga berpendapat bahwa Jokowi berada pada momentum yang tepat. Karena masyarakat menganggap tidak ada yang bisa menandingi sosok Jokowi dalam kepemimpinannya. Dan hal itu tentunya tidak lepas dari peran Megawati. “Karena menurut saya, Megawati itu memiliki pemikiran dan insting politis yang sangat bagus. Dia bisa memilih orang yang tepat pada moment yang tepat juga, atau dalam istilah the right man in the right place nya itu tepat. Ini juga bisa dilihat dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, seperti terpilihnya Jokowi menjadi Gubernur DKI, dan kemudian ia dipilih untuk menjadi capres dari PDI-P,” jelasnya.

Sementara itu, jika dilihat dari prospek kemenangannya pada pemilu Presiden Juli 2014, belum bisa ditentukan. Karena menurut Tunjung, masih banyak hal yang menentukan. “Kalau untuk perkiraan kemenangannya pada pemilu besok, itu masih tergantung banyak hal yang menentukannya. Karena politik itu kan dinamis. Kalau hingga menjelang pemilu presiden besok masih belum ada capres yang bisa menandingi Jokowi, ya bisa dipastikan dia akan memenangkan pemilihan presiden. Tapi ya kita tetap tunggu perkembangan ke depannya saja bagaimana. Karena kita kan juga tidak bisa menentukan menang tidaknya,” ujarnya.

Akan tetapi, menurut Tunjung, pemilihan Jokowi sebagai capres PDI-P bisa jadi hanya sebagai vote gatter. “Artinya, partai menjadikan satu orang yang memiliki kinerja bagus untuk dikenalkan dan dicitrakan pada masyarakat. Sehingga dengan begitu nama partai akan naik, tenar dan dikagumi oleh masyarakat,” pungkasnya. (sakinah)