Dewasa ini, kemajuan teknologi berkembang sangat pesat. Segala disiplin ilmu berlomba-lomba untuk melakukan inovasi demi kelangsungan umat manusia. Para peneliti yang melakukan pembaharuan juga dituntut untuk memberikan jaminan bagi kehidupan sosial umat manusia. Untuk itu, inovasi juga harus disertai dengan memberikan nilai sosial, lingkungan dan finansial. Hal ini menjadi tujuan utama dari dilaksanakannya 3rd International Conference on Sustainable Innovation (ICoSI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Prof. Alberto Gomes yang berasal dari La Trobe University, Spanyol menyampaikan bahwa kemanusiaan saat ini berada di ambang kejatuhan. 68 persen hutan dunia sudah rusak, 80 persen sungai dunia kini tidak lagi bisa menyokong kehidupan di dalamnya, termasuk dengan pemanasan global yang semakin menjadi-jadi. Ia mengatakan bahwa hal yang harus dilakukan adalah kembali ke cara lama, yaitu dengan menanamkan budi luhur dalam setiap hal baru yang dihasilkan.
“Dengan meregenarasi sesuatu yang sudah ada sebelumnya dengan pemikiran baru, karena kita tidak bisa mencari penemuan baru dengan pikiran yang juga menghasilkan masalah. Jadi yang perlu kita lakukan mungkin adalah menggunakan cara lama untuk mengatasi permasalahan masa kini,” ujarnya saat menjadi pembicara kunci di 3rd ICoSI pada Selasa (30/7) di Sportorium UMY.
Ia juga menyebutkan bahwa budaya Asia menjadi potensi besar untuk memberikan pengaruh bagi kehidupan umat manusia kedepan. Kemudian Gomes juga menjelaskan bahwa kerusakan lingkungan bermula dari tindakan manusia. Untuk itu betapa pentingnya penenaman nilai untuk mencintai alam.
“Terutama dengan menggunakan potensi Asia, maksudnya pakai nilai luhur lama asia untuk kemudian dikorporasikan dengan pemikiran masa kini untuk memecahakan masalah masa kini. Melihat melalui perspektif Asia dan nilainya. Saya dulu berpikir bahwa akar dari masalah lingkungan yang terjadi adalah karena gangguan pada ekosistem dan hal-hal bersifat ekologis lainnya. Ternyata salah, yang saya dapati semua ini bermula dari keegoisan kita, keserakahan, dan juga apatisme. Ini yang harus kita atasi dengan mentransformasi spiritual dan kulturalnya,” imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Institute, Dr. Reza Alingkusumo menuturkan bahwa inovasi di bidang teknologi sangat berpengaruh kepada perkembangan ekonomi di masa kini. Untuk itu, kualitas setiap manusia harus terus menerus ditingkatkan agar dapat beriringan dengan kemajuan teknologi.
“Karenanya inovasi yang dapat meningkatkan produktivitas ekonomi dan pekerjaan merupakan kebutuhan yang penting. Artinya inovasi, pengembangan, dan aplikasi dari ide baru dan teknoogi yang dapat menyokong input untuk menghasilkan level output ynag lebih besar dari barang dan jasa adalah kebutuhan. Inovasi bukan faktor netral, artinya seringkali ia membutuhkan kemampuan teknologi yang mumpuni terutama dalam teknologi produk. Artinya ia membutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni untuk dapat tumbuh bersama dengan tekonologinya,” imbuhnya.
Ia juga menjelaskan bahwa inovasi harus berkesinambungan dan mendapat jaminan dukungan finansial yang terus berlanjut. Terakhir, inovasi membutuhkan pasar finasnial yang berfungsi dengan baik dan sistem finansial yang berkelanjutan. “Inti dari inovasi adalah inisiatif pribadi yang mengaitkan dari startup serta Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan perusahaan yang lebih besar, karenya perlu ada integritas dari setiap pihak untuk menjamin inovasi yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan,” pungkasnya.
Sementara itu Rektor UMY Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P menekankan bahwa inovasi harus mempertimbangkan aspek keberlanjutan. Pada prinsipnya semua bentuk pembangunan akan mengganggu keseimbangan natural. Karena itu inivasi harus diterapkan dan berguna untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas tanpa atau dengan dampak sekecil mungkin terhadap aspek kehidupan,” tekan Gunawan.
Ia berharap agar inovasi dapat terus berkelanjutan dan memberikan efek nyata bagi perkembangan teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan untuk diwariskan pada generasi selanjutnya.
3rd ICoSI yang akan dilaksanakan hingga Rabu (31/7) ini diikuti oleh 925 peserta dari 15 negara dan membahas 3 bidang utama yaitu; teknologi-teknik, kemanusiaan sosial dan pendidikan, serta kesehatan dan nursing. Bidang tersebut dieksplorasi dalam 9 fokus konferensi yaitu ISHERSs (International Symposium on Social Sciences, Humanities, Education, and Religious Studies); ICIEFI (International Conference of Islamic Economic and Financial Inclusion); ICISDe (International Conference on Islamic Studies in the Digital Era) ICoSA (International Conference on Sustainable Agriculture); ISCEIE (International Symposium of Civil, Environmental, and Infrastructure Engineering); ICONURS (International Conference on Nursing); ICoELTICs (International Conference of English Language Teaching, Literature & Linguistics); ISETH (International Symposium of Engineering, Technology, and Health Sciences); ASIAN-Col (ASIAN Conference on Comparative Laws). (ak)