Berita

Tim PKM UMY Lakukan Inovasi Untuk Kurangi Laju Kerusakan Buah

Buah merupakan salah satu komoditas yang lumrah dikonsumsi masyarakat secara rutin sehingga dapat ditemukan secara mudah di berbagai tempat seperti toko dan pasar. Namun demikian seringkali buah mengalami kerusakan akibat penyimpanan yang tidak terlindungi dengan baik dan ahirnya malah terbuang. Penyimpanan dalam ruang pendingin, ruang bertekanan, dan modifikasi atmosfer ruangan dapat dilakukan untuk memperpanjang umur buah, biaya yang diperlukan cukup mahal. Untuk mengatasi masalah tersebut tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mencoba memberikan solusi melalui alternative edible coating.

Tim dengan nama FORTEPIS yang beranggotakan; Muhammad Sa’yan Hasbiyallah (Agroteknologi 2017); Eka Fitriastuti (Agroteknologi 2016); dan Delvika Siti Nuraeni (Agroteknologi 2017) tersebut menyampaikan bahwa temuan mereka berguna untuk memperlambat metabolisme yang terjadi dalam buah. “Buah yang telah dipetik tetap mengalami metabolisme yaitu transpirasi dan respirasi. Metabolisme tersebut dapat menyebabkan buah kehilangan air sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah bagian yang dapat dimakan dan mengakibatkan turunnya mutu buah dan bahkan tidak layak konsumsi,” ujar Hasbi selaku ketua dari kelompok tersebut kepada Biro Humas dan Protokol (BHP) UMY, Selasa (2/7).

“Untuk mengatasi hal tersebut solusi yang selama ini dilakukan adalah dengan mengemas buah menggunakan plastik. Padahal penggunaan plastik memiliki resiko terhadap kesehatan, misalnya apabila buah yang sudah dikemas tersebut terpapar oleh sinar matahari. Karena buah dapat terkontaminasi polimer plastik yang berdampak tidak baik bagi kesehatan jika dikonsumsi,” jelasnya.

Hasbi menyebutkan bahwa alternatif lain yang lebih sehat adalah melalui penanganan pasca panen dengan mengaplikasikan edible coating. “Edible Coating merupakan pelapisan buah alami yang bertujuan untuk memperpanjang umur simpan buah dan sebagai pembawa aditif pada buah. Pelapis tersebut diolah dari ampas tebu yang memiliki kandungan lignin sebanyak 24.2 %. Lignin ini dapat menekan laju respirasi dan transpirasi sehingga buah tidak mudah mengalami kerusakan dan kehilangan air. Selain menggunakan ampas tebu ditambahkan juga air perasan jeruk nipis yang bertujuan agar menghambat pertumbuhan mikrobia pada buah,” paparnya.

“Proses pembuatannya dimulai dari tahap ekstraksi ampas tebu, setelah itu ampas tebu dipanggang dan dihaluskan hingga mendapat butiran halus. Kemudian ampas halus diekstraksi dengan menggunakan alat vacuum rotary evaporator sehingga didapat endapan lignin yang siap digunakan untuk melapisi buah. Pada uji coba penerapannya, kami mengaplikasikan edible coating ini pada buah belimbing,” lanjutnya.

Hasbi juga menuturkan alasan pemilihan ampas tebu sebagai bahan edible coating juga untuk melakukan pemanfaatan limbah tebu yang masih kurang. Selain itu jika limbah tebu dibiarkan akan mencemari lingkungan dengan bau yang tidak sedap. ”Semoga dengan ini, masyarakat dapat memanfaatkan ampas tebu menjadi bahan yang bernilai ekonomis sekaligus juga menjaga lingkungan dari pencemaran,” tutupnya. (raditia)