Jumat, (13/7) merupakan penentuan pemenang dari setiap kategori perlombaan Kontes Robot Indonesia yang diadakan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Masing-masing kategori perlombaan dalam KRI telah menentukan pemenangnya termasuk salah satunya kategori Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI) yang diikuti oleh 14 tim dari seluruh Indonesia.
Di malam penutupan, pemenang KRSTI resmi diumumkan oleh ketua juri KRI Nasional 2018, Ir. Wahidin Wahab, M.Sc., Ph.D. Tim dari Universitas Negeri Yogyakarta ROSEMERY berhasil mempertahankan juara pertama, VI-ROSE dari Institut Teknologi Sepuluh November berhasil mendapatkan juara dua, dan disusul oleh tim ERISA dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya dan tim Azzahraly dari Universitas Negeri Surabaya mendapatakan juara harapan. Selain keempat juara, terdapat satu kategori Artistik terbaik yang diraih oleh tim Azzahraly.
Rahmad Prasetyo selaku kaptem tim dari ROSEMERY sangat bersyukur bisa mendapatkan juara pertama dari KRSTI. “Saya dan tim sangat bersyukur dan tidak menyangka bisa mempertahankan juara di KRSTI, karena ini merupakan target kami dari awal untuk bisa mempertahankan juara. Melihat tim lawan yang bagus-bagus juga sempat membuat kami pesimis apalagi robot kami sempat eror di awal pertandingan,” tutur Rahmad.
Untuk bisa mendapatkan juara tentu bukan sebuah hal yang mudah bagi tim ROSEMERY. Doa dan usaha selalu mereka lakukan untuk pertandingan KRI tahun ini. Rahmad menjelaskan bahwa timnya harus membuat robot KRSTI dari awal karena sempat harus bertukar tim dengan tim Kontes Robot Sepak Bola Indonesia Humanoid, waktu istirahat harus rela dikorbankan untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal dalam KRI.
Selaku juri, Gigih Prabowo menjelaskan bahwa secara keseluruhan peserta KRSTI tahun ini lebih baik dari tahun tahun sebelumnya. Karena dalam waktu yang singkat semua tim dapat mempersiapkan robotnya untuk tampil dengan baik. Gigih juga berharap kepada pemenang KRSTI tahun ini untuk lebih banyak belajar mengenai kultur Indonesia. “Kepada tim pemenang tentunya harus lebih banyak belajar mengenai kultur budaya, karena KRSTI sendiri adalah kategori yang berbeda sehingga mereka harus lebih menguasai budaya-budaya yang ada,” tutup Gigih.