Berita

Times Higher Education Jadikan UMY Perguruan Tinggi Tingkat Dunia dalam Pengembangan Ilmu Interdisipliner

Times Higher Education (THE) kembali memasukkan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ke dalam daftar pemeringkatan institusi pendidikan tinggi dunia, kali ini dalam bidang ilmu pengetahuan. Interdisciplinary Science Rankings (ISR) menjadi cara bagi THE dalam mengukur kontribusi dan dampak yang diberikan oleh perguruan tinggi terhadap ilmu pengetahuan yang interdisipliner. Komitmen yang dibuktikan dengan publikasi serta penelitian berkualitas dan berdampak menjadikan UMY berhasil menduduki peringkat 501-600 dunia untuk tahun 2025.

Dalam skala nasional, UMY berada di posisi 15 dari seluruh perguruan tinggi, posisi 5 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) serta posisi 2 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) se-nasional. Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) UMY, Ir. Slamet Riyadi, M.Sc. Ph.D. mengungkapkan bahwa pendekatan keilmuan dalam dunia ilmiah saat ini lebih mengedepankan konsep interdisipliner. Artinya keterkaitan beberapa bidang ilmu digunakan untuk penyelesaian suatu isu permasalahan global.

“Ini sudah sesuai dengan visi UMY untuk mengembangkan pengetahuan dan teknologi bagi kemaslahatan masyarakat, yang dapat dicapai dengan pendekatan ilmu interdisipliner. Di sisi lain, masuknya UMY ke dalam pemeringkatan THE ISR menjadi baseline bagi kami dalam mengukur kondisi perkembangan keilmuan di UMY sekaligus perbandingannya dengan perguruan tinggi dunia,” jelas Slamet saat dimintai keterangan pada Sabtu (23/11).

Slamet sendiri mengaku bahwa untuk dapat terekognisi dan masuk pemeringkatan THE ISR bukan hal yang mudah. Lembaga yang berbasis di Inggris ini mempunyai standar dan kriteria khusus dalam menilai kualitas perguruan tinggi. Menurut Slamet, terdapat tiga indikator yang digunakan dalam metodologi penilaian THE ISR yaitu inputs, process dan outputs.

Inputs digunakan untuk menilai pendanaan yang didapatkan perguruan tinggi dalam menjalankan program maupun projects yang bertujuan untuk pengembangan ilmu interdisipliner. Pendanaan dapat berasal dari institusi maupun industri. Indikator kedua yaitu process adalah untuk mengukur kesuksesan menggunakan fasilitas yang dimiliki, termasuk dukungan administratif dan promosi. Sementara outputs menjadi alat dalam melihat hasil penelitian berupa publikasi baik secara kuantitas maupun kualitas. Ini termasuk proporsi dalam penelitian dan jumlah sitasi yang tercatat dalam indeks.

Kendati demikian, Slamet menegaskan bahwa masuk ke dalam pemeringkatan dunia bukanlah tujuan akhir bagi UMY. Dosen Teknologi Informasi ini menyampaikan bahwa UMY tetap fokus dalam mencapai visi yang sudah dicanangkan dan bermuara pada kemaslahatan masyarakat.

“Saya sering menyampaikan bahwa peringkat bukanlah tujuan, melainkan ukuran yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan dan kontribusi UMY dalam mencapai tujuan akhir. THE ISR sendiri baru diadakan mulai tahun ini, dan karena menggunakan metodolgi yang kuat sekaligus berskala internasional menjadikan reputasi UMY semakin meningkat,” imbuhnya.

Ke depan, Slamet dan timnya masih akan terus mengkaji hasil pemeringkatan ini dan digunakan untuk menyusun rancangan pengembangan selanjutnya. Ia juga melihat adanya peluang kemitraan internasional yang meluas, menyusul posisi UMY di lingkup global yang terus menguat. (ID)