Berita

Tingkatkan Kemampuan Bisnis Kuliner Santri, Tiga Dosen Fakultas Hukum UMY Galakkan Program Pengabdian Di Rumah Tahfidz

Dewasa ini, kemampuan khusus harus dimiliki oleh setiap orang untuk bisa bertahan dalam menjalankan roda kehidupan. Jika seseorang tidak memiliki kemampuan tertentu, maka akan sulit untuk bersaing di dunia kerja nantinya. Untuk itu, tiga dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FH UMY) melakukan program pengabdian masyarakat kepada santri Rumah Tahfidz Aqwamu Qila yang bertempat di Desa Grojogan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Dengan memberikan pelatihan strategi serta pengembangan wirausaha bidang kuliner rumahan berupa catering, yang dilakukan sejak Januari hingga Maret 2019.

Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Ahdiana Yuni Lestari, S.H.,M.Hum menuturkan bahwa program ini dilakukan untuk memberikan bekal yang sangat berguna bagi puluhan santri yang tinggal di rumah tahfidz tersebut. Selain itu, sebagian besar santri yang tinggal dan sedang menuntut ilmu berasal dari keluarga yang kurang mampu dan juga yatim piatu.

“Jumlah santri sampai saat ini berjumlah 43 santri yang berstatus mahasiswa ataupun pelajar. Kegiatan utama para santri adalah menghafalkan Alquran. Para santri ini mayoritas adalah yatim, piatu dan kaum dhuafa. Kehidupannya ditopang dari para pengurus dan donatur. Selepas dari pesantren tentunya harus terjun ke masyarakat dan harus mulai hidup mandiri. Dengan demikian pendidikan agama saja tidak cukup. Oleh karena itu para santri perlu dibekali keterampilan,” ujarnya saat melakukan diskusi terbatas di ruang kerjanya Senin, (15/4).

Ahdiana bersama dua rekan yaitu Endang Heriyani, S.H.,M.Hum dan Prihati Yuniarlin, S.H.,M.Hum melakukan program pengabdian masyarakat ini sejak Januari 2019 dan berakhir pada Maret 2019. Ia turut menjelaskan alasan memberikan pelatihan pengelolaan usaha katering dikarenakan santri Rumah Tahfidz Aqwamu Qila kerap menerima pesanan kudapan dalam partai besar ataupun kecil. Melihat potensi itu, dosen Fakultas Hukum ini yakin program itu akan berguna ketika santri telah turun di masyarakat.

“Selepas dari pesantren tentunya harus terjun ke masyarakat dan harus mulai hidup mandiri. Dengan demikian pendidikan agama saja tidak cukup. Oleh karena itu para santri perlu dibekali keterampilan. Salah satu kegiatan yang sering para santri lakukan adalah menerima pesanan makanan kecil maupun makan dos ataupun prasmanan setiap hari sabtu dan minggu. Sampai saat ini pengelolaan katering belum ditangani secara profesional. Dengan demikian para santri perlu diberi keterampilan dasar tentang pengelolaan usaha yang terkait dengan katering,” imbuhnya.

Selain memberikan pelatihan serta pendampingan. Ahdiana, Endang, dan Yuniarlin juga memberikan bantuan berupa peralatan masak untuk menambah kemampuan para santri menjadi lebih profesional. (ak)