Dalam rangka meningkatkan kemampuan mitigasi bencana di lingkup Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), UMY melalui Biro Umum melakukan pelatihan penanggulangan dan mitigasi bencana terhadap 64 security pada Sabtu (20/3). Galuh Sudarsono selaku kepala Biro Umum mengatakan bahwa kegiatan pelatihan ini ditujukan untuk security selaku salah satu tim tanggap darurat bencana dan mitigasi di lingkup kampus, dengan mendatangkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul sebagai tim pelatih juga pemateri.
Tak hanya itu, Galuh juga menyebutkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memeriksa kelayakan sarana prasana penanggulangan bencana, serta untuk meningkatkan kemampuan SDM yang ada perihal kebencanaan dan mitigasi. “Di pelatihan ini kami juga sambil mengecek apakah ada sarana prasarana yang rusak. Jadi kami periksa lagi kelayakan alatnya, perlu direfresh. Lalu kami juga ingin meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana juga kemapuan mitigasi SDM di UMY,” tuturnya.
Dalam pelaksanannya, pelatihan ini diadakan setahun sekali, dan di pelatihan kali ini lebih menekankan mitigasi pada bencana kebakaran. “Sebetulnya pelatihan seperti ini diadakan setahun sekali, namun karena ada beberapa kendala sehingga baru sekarang dilaksanakan. Lalu mengingat minimnya pengetahuan mitigasi pada bencana kebakaran serta kurang optimalnya pemanfaatan sarana yang ada, jadi kami ingin memfokuskan pelatihan ini pada mitigasi bencana kebakaran,” tambah Galuh.
Menurut keterangan Galuh, program pelatihan ini juga masuk dalam IKS Biro Umum. Sehingga kedepannya saat akreditasi nanti, asesor akan menanyakan bagaimana penanganan kebencanaan di lingkup civitas akademika UMY, sehingga pelatihan ini dilakukan sebagai bentuk follow up dari persiapan akreditasi yang akan datang. Galuh juga mengatakan bahwa pihaknya sudah memiliki SOP mitigasi bencana, namun SOP itu perlu disempurnakan agar bisa menjadi suatu kesatuan SOP yang utuh. Ia juga berharap dengan adanya pelatihan ini UMY bisa mandiri dalam menanggulangi bencana yang terjadi di UMY khususnya. “Harapannya kami bisa mandiri untuk penanganan awal ketika terjadi bencana. Walaupun memang kita tidak bisa bekerja sendiri tapi setidaknya kita bisa meminimalisir kemungkinan terburuk yang akan terjadi bermodalkan pengetahuan yang kita miliki,” pungkasnya di akhir wawancara. (RM)