Berita

Tingkatkan Kesadaran Pentingnya Kesehatan Gigi dan Mulut Anak melalui Modifikasi Wayang Golek

Insidensi rampan karies pada anak usia pra sekolah yang berkisar 3-6 tahun lebih banyak ditemukan di Negara berkembang dengan prevalensi sebesar 90%. Oleh karena diperlukan promosi kesehatan mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Salah satunya melalui modifikasi wayang golek modern sebagai properti edukatif yang digunakan sebagai media komunikasi dalam promosi kesehatan gigi dan mulut anak

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Jurusan Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK – UMY), Rahmi Ayu Budi Amalia. Penelitiannya ini juga masuk sebagai 20 besar dalam Lecture Contest 2011 of International Dental Student in Collaboration with Dental Students Welfare Association of India.

Menurutnya insidensi rampan karies pada anak usia pra sekolah yang berkisar 3-6 tahun lebih banyak ditemukan di Negara berkembang dengan prevalensi sebesar 90%. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat di Negara berkembang tersebut. “Selain itu pola makan dan kebiasaan yang tidak sehat seperti kecenderungan orang tua dalam memberikan susu botol terhadap anaknya,” terang Rahmi ketika ditemui di Kampus Terpadu UMY, Selasa (9/8).

Rahmi menjelaskan rampan karies merupakan salah satu penyakit gigi berlubang yang akut dan parah pada pasien anak dengan ditandai munculnya karies di sekitar gigi seri atas dan lanjut mengenai pada gigi geraham besar. Bagi orang tua yang membiarkan susu botol anaknya tetap berada di rongga mulut sepanjang malam sehingga jumlah air liur (saliva) menurun yang menyebabkan tidak berhasilnya proses pelarutan dan pembersihan dari asam. Bagi anak yang tertidur saat meminum susu botol, maka cairan susu akan tertinggal di gigi depan sehingga rongga mulut menjadi hangat. Hal ini menjadikan terbentuknya asam dan proliferasi bakteri sehingga rampan karies terbentuk.

Lebih lanjut, Ia memaparkan prevalensi karies pada anak usia satu tahun mencapai 5%, sementara pada anak usia dua tahun berkisar 10%, anak usia tiga tahun sebesar 40%, sebesar 55% pada anak usia empat tahun, dan anak usia lima tahun dengan prevalensi sebesar 75%. “Dari prevalensi tersebut, dapat disimpulkan sebagian besar anak Indonesia usia pra sekolah terserang rampan karies,” papar Rahmi.

Untuk mengatasi hal tersebut, Rahmi mengungkapkan promosi kesehatan menjadi salah satu solusi dalam mencegah perkembangan rampan karies. “Dalam promosi kesehatan disadari ada beberapa kendala yang dihadapi, terlebih dalam memberikan kesadaran kepada anak usia pra sekolah. Oleh karenanya, para tenaga kesehatan perlu melakukan sesuatu yang kreatif dan lebih menarik sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami mereka sehingga kejadian rampan karies anak dapat dikurangi,” ungkapnya. Penelitian ini telah diuji cobakan di TK Dharma Bakti IV Ngebel Yogyakarta dan hasilnya modifikasi wayang golek modern mempengaruhi indeks plak serta meningkatkan pengetahuan anak usia pra sekolah.

Rahmi pun kemudian melakukan modifikasi wayang golek modern sebagai properti edukatif yang digunakan sebagai media komunikasi dalam promosi kesehatan gigi dan mulut anak. Wayang golek modern ini dibuatkan dari kain flanel warna-warni berbentuk boneka. “Dengan modifikasi wayang golek berupa boneka berbentuk gigi dan kuman, keduanya mempengaruhi dalam peningkatan pengetahuan anak usia pra sekolah  mengenai kesehatan gigi dan mulut serta menurunkan indeks plak pasca promosi kesehatan gigi dan mulut pada mereka,” urai Rahmi.

Ia menerangkan jika promosi kesehatan gigi dan mulut pada anak merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan gigi, dimana konsep tersebut tidak sekadar proses memberikan kesadaran bagi anak agar meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut, namun juga menjembatani perubahan perilaku anak sehingga promosi kesehatan dapat membawa hasil yang lebih mendalam.

Bagi Rahmi, dipilihnya wayang golek modern sebagai alat komunikasi edukatif mengingat wayang golek merupakan hasil karya seni budaya Indonesia. Namun saat ini wayang golek seakan hilang dari peradaban karena maraknya globalisasi dunia sehingga anak- anak tidak lagi mengenal wayang golek sebagai budaya mereka. “Dengan demikian, modifikasi wayang golek modern tersebut efektif dalam menampilkan pesan sehingga anak tak hanya memiliki pengetahuan, namun juga mau mengubah kebiasaan buruknya yang memicu munculnya rampan karies,” tandasnya.