Berita

Tingkatkan Kompetensi Pendidikan, UMY Akan Terbitkan Buku Ajar dan Referensi Bernilai Islam

Untuk meningkatkan produktivitas para dosen dalam memproduksi pengetahuan yang kompeten dengan keahliannya, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) senantiasa memberikan akomodasi untuk memberikan arahan. Salah satunya adalah melalui pengolahan buku ajar dan referensi yang akan digunakan dalam aktivitas pendidikan di dalam lingkungan kampus. Ini karena hal tersebut merupakan bentuk dari implementasi dari Tri Dharma perguruan tinggi dan menjadi bagian dari kewajiban seorang dosen. Untuk itu UMY mengadakan Book Camp yang diadakan oleh Lembaga Penelitian, Publikasi & Pengabdian Masyarakat (LP3M) UMY pada hari kamis (31/1) di Hotel Grand Serela.

Disampaikan oleh Dr. Ir. Sukamta, MT.,IPM., selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik, buku ajar dan referensi tersebut akan menjadi pegangan bagi dosen dalam aktivitasnya, baik dalam mengajar ataupun penelitian. “Buku ajar akan menjadi pegangan pokok bagi dosen dalam aktivitas belajar mengajar mahasiswa, sedangkan buku referensi akan memuat berbagai penelitian yang dilakukan oleh dosen tersebut dalam suatu bidang tertentu dengan menyertakan hasil peneltian dari ahli lain yang berkaitan. Kedua buku tersebut menjadi luaran yang ditentukan oleh universitas terhadap berbagai penelitian dan juga pengabdian untuk mendukung aspek pendidikan yang dilakukan di dalam kampus. Untuk periode ini ada 52 orang dosen yang akan menulis buku ajar dan 31 orang dosen untuk buku referensi,” ujarnya saat diwawancarai di sela kegiatan.

Dibandingkan tahun lalu periode kali ini mengalami beberapa peningkatan mulai dari jumlah peserta hingga isi dari buku. “Tahun lalu kita memulai dengan 35 orang, dan kali ini ada lebih dari 100 dosen yang turut terlibat dalam pembuatan karya ilmiah ini. Selain itu mulai tahun ini ada ketetapan bahwa dalam setiap buku yang dihasilkan harus memuat aspek Islam dan juga Kemuhammadiyahan. Hal tersebut akan menjadi sebuah ciri khas bagi buku yang dihasilkan oleh UMY, meskipun tidak harus eksplisit namun secara substansial akan mencerminkan Islam dan Muhammadiyah. Misal yang ditulis adalah buku dalam tema sosiologi, maka selain pembaca mendapatkan ilmu tentang hal tersebut juga akan sekaligus mendapatkan pengetahuan mengenai bagaimana Islam dan Muhammadiyah berpandangan, menyikapi, dan memberi solusi terhadap ilmu tersebut,” jelas Sukamta.

Salah satu cara untuk melakukan internalisasi Islam dan Kemuhammadiyahan tersebut adalah melalui internaliasasi. “Jika dipandang secara sekilas hubungan antara Islam dan ilmu pengetahuan dibagi jadi 4; Conflict; Independence; Dialog; dan yang ingin dilakukan adalah Integration. Untuk mencapai hal tersebut, ada pendekatan yang dapat diterapkan diantaranya adalah Obyektifikasi yang diajukan oleh Kuntowidjoyo. Metodenya dilakukan dengan memandang realita yang ada dengan kacamata Islam, kuncinya adalah denngan menjadikan Islam sebagai ilmu dan bukan mengislamkan ilmu,” ujar Munawwar Khalil, Wakil Ketua Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah yang juga menjadi salah satu narasumber dalam acara tersebut.

“Pendekatan lainnya adalah dengan melakukan integrasi-interkoneksi terhadap Islam dan sains lainnya. maksudnya adalah terkaitnya satu pengetahuan dengan pengetahuan yang lain akibat adanya hubungan yang saling menghargai dan saling mempertimbangkan. Interkoneksi ini merupakan langkah menuju integrasi, karena perlu dipahami bahwa tidak semua ilmu pengetahuan bisa diintegrasikan dengan ilmu agama,” jelasnya. (raditia)