Meningkatkan kualitas distribusi buku di era digital melalui e-book menjadi hal penting agar dapat meningkatkan daya minat pembaca. Selain itu, publikasi buku digital atau e-book juga dapat mengurangi dampak kerugian penulis pada fenomena pembajakan buku. Dalam hal ini, Lembaga Riset dan Inovasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (LRI UMY) mengadakan sarasehan untuk para akademisi UMY untuk membahas prospek digital publishing (e-book) di Indonesia pada hari Kamis (19/5). Acara yang diadakan secara daring ini menghadirkan beberapa narasumber, diantaranya yang berasal dari Perpusnas RI, PT. Gramedia dan PT. Wolu Aksaramaya.
Ratna Gunarti, Kasubdit Pusat Perpusnas RI menjelaskan tentang adanya kebijakan dalam mempublish buku serta bagaimana implementasinya agar E-book memiliki ISBN. ”Kebijakan dalam publikasi buku berbentuk digital sebenarnya sudah diatur dan ada dasar hukumnya. Pada tahun 2016, adanya kerjasama Perpustakaan Nasional dengan Aksaramaya dalam pengadaan buku digital, ini dapat meningkatkan permohonan ISBN atas buku digital, dan program ini berlangsung sampai sekarang. Hal ini terdapat beberapa aspek kemudahan bagi para penulis untuk mendistribusikan hasil karyanya namun harus melalui seleksi dan bimbingan teknis,” paparnya.
Ratna menambahkan bahwa buku terbitan e-book melalui program i-pusnas mendapat prioritas dalam mengurus ISBN. ”Hasil publikasi yang diterbitkan menjadi e-book dan berasal dari program pengadaan buku iPusnas, akan mendapatkan prioritas dan mendapat penanganan khusus dalam pengurusan ISBNnya,” tambahnya.
Perlunya dorongan menuju publikasi buku digital juga disinggung oleh Bagus Adam, Digital Content PT. Gramedia yang mengungkapkan bahwa selama pandemi Covid-19 jumlah minat baca buku digital meningkat 4 kali lipat sejak bulan Maret 2020. ”61% minat baca buku digital didominasi oleh anak-anak muda dengan kisaran usia produktif 26-40 tahun. Hal ini menunjukkan efek pandemi covid-19 ini berimbas adanya perubahan minat pembaca dari buku cetak menjadi buku digital,” tandasnya.
Namun demikian, Bagus juga menjelaskan tantangan pada publikasi buku digital, diantaranya yang juga rawan pembajakan buku. ”Oleh karena itu, beberapa upaya untuk melawan pembajakan buku digital diantaranya adalah menyediakan layanan berlangganan murah, sinergi penulis/pengarang, serta bekerja sama dengan marketplace anti pembajakan dan juga perpustakaan umum berbasis digital,”tuturnya.
Sulasmo Sudharno, CEO PT. Wolu Aksamaya menuturkan bahwa UMY memiliki potensi dalam mengembangkan publikasi digital karya-karya dosen dan mahasiswa melalui pengembangan platform perpustakaan digital UMY. ”Beberapa yang harus dilakukan UMY dalam pengembangan publikasi digital, diantaranya adalah mengembangkan digital publishing melalui UMY Press dan kemudian dimonitisasi melalui UMY Digital Library dan perpustakaan di seluruh Indonesia, mengintegrasikan dengan aplikasi layanan yang telah tersedia, mengimplementasikan modul learning management system sehingga koleksi UMY digital library dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar serta membuat marketplace di UMY digital library untuk memudahkan mahasiswa untuk membeli buku digital,” tutupnya.(Sofia)